Salah satu akibat durhaka pada kedua ortu
Sebagaimana
berbakti kepada orang tua, durhaka kepada mereka juga berakibat
langsung dalam kehidupan di dunia, selain juga berakibat saat sakratul
maut, di alam Barzakh dan akhirat. Bahkan Rasulullah saw sendiri tak
sanggup memberi syafaat dan pertolongan kepada anak yang durhaka sebelum
orang tuanya memaafkan. Ini banyak disebutkan dalam riwayat-riwayat
hadis yang shahih dan mutawatir. Tolak Ukur durhaka kepada orang tua
Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka,
ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).
Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apa
ukuran durhaka kepada orang tua? Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka
menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak
memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka
sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil
15: 195) Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
“Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia
telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)
Tingkatan Dosa durhaka kepada orang tua Rasulullah saw bersabda:
“Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka
kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416) Rasulullah saw bersabda:
“Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada
hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar
terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360) Rasulullah saw bersabda:
“…Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada
orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka
tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)
Akibat-akibat durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa
dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di
akhirat. Akibat-akibat durhaka kepara orang tua antara lain:Dimurkai
oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali
dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah,
tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang
tuanya, maka Aku meridhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh
keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun
kebahagiaan, 2: 263).
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian
adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi
kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)
Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua
termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam
firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan
celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang
sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali,
Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada
mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya
karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada
anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua
orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan
terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih
3: 565)
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku
dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua
orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan
menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua
orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim
kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat
kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer,
dan orang yang disebutkan namaku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”
(Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya
murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât
2: 262).
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua
orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan
seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua
orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang
berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)
Penderitaan saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya
pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini
kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang
kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha
illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat
kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini
masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam,
pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku
sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ
مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak,
terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak,
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.
Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang
berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia
mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah
berpaling dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam
itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi
keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
Sumber : sarjoni.wordpress.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!