A. Landasan Teori
1. Pengertian
Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman tahan asam “Mycobacterium Leprae”.
Pasien Lepra
2. Etiologi
Mycobacterium Leprae yang berbentuk batang, berukuran 2-8 um dan diameter 0,3 um, bersifat tahan asam dan merupakan parasit obligat intraseluler.
3. Patofisiologi
Mycobacterium Leprae berprediksi di daerah-daerah tubuh yang relatif lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai pathogenesis dan daya inuasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman yang lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda yang mengugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat kambuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit lepra dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selulernya daripada intensitas infeksinya.
4. Tanda dan Gejala
- Timbul bercak atau benjolan dengan rasa tebal/matirasa, kadang ada keluhan nyeri pada lengan dan tungkai, sendi-sendi, demam, pilek dan mata procos
- Lesi kulit yang khas (bercak/plak hipopigmentasi/eritematosa, papul atau nodul)
- Annesthesia pada kesi
- Pembesaran saraf tepi
5. Klasifikasi
Klasifikasi Lepra berdasarkan “Respon Imunologis pnderita” di bagi menjadi :
1. Tipe Indeterminate (1)
Kelainan kulitnya berupa makula hipopigmentasi 1-2 buah, batas kurang tegas kadang dijumpai hipoestesi
2. Tipe Tuberculoid (TT)
Lesi kulit berupa macula/plak eritematosa atau hipopigmentasi dengan batas tegas, jumlah 1-4 buah, permukaan lesi kering, bersisik dan rambut pada lesi berkurang atau tidak ada sama sekali. Nyeri , hipoestesi atau anaestnesi dan penebalan syaraf. BTA negative, tes lepromin positif sangat kuat.
3. Tipe Bordeline Tuberculoid (BT)
Lesi kulit menyerupai tipe TT. Jumlah lesi lebih banyak (2-8 buah) berupa macula/plak hipopigmentasi. Beberapa syaraf mungkin menebal dan menimbulkan gangguan sensoris dan motoris, anestesi tampak nyata. BTA negatif atau positif satu (+1), test lepromin positif lemah.
4. Tipe Mid Borderline (BB)
Lesi kulit condong simestris, berupa macula, plak atau papul dan dapat kombinasi ketiganya, warna lesi eritematosa atau kecoklatan. Lesi punched merupakan tanda karakteristik berupa infiltrat dengan central clear area. BTA positif satu atau dua (+2/+3). Test lepromin negative atau positif lemah.
5. Tipe Borderline (BL)
Lesi dimulai dengan macula kemudian menyebar secara simetris. Lesi punched-out lebih multiformis, banyak dan tersebar. Permukaan lesi halus, mengkilat dengan batas tegas. Anestesi pada tangan dan kaki simetris. BTA positif empat atau lima (+4/+5). Test lapromin negatif.
6. Tipe Lapromatous (LL)
Lesi dimulai dengan makula yang menyebar dan terdistribusi secara bilateral sinutris. Lesi terbatas tidak tegas, hipopigmentasi, atau sedikit eritematosa. Pada fase lanjut terdapat pembesaran saraf dengan glove anda stocking anaesthesia. Gejala yang lain adalah pelebaran hidung, penebalan, lobules telinga dan edema kaki. BTA positif lima atau enam (+5/+6). Test lepromin negative.
6. Pemeriksaan Penunjang
- Test lepromin
- Bakteriologis : sediaan apas dari irisan kulit dan usapan mukosa hidung dengan pewarnaan Zeihl-Nielsen.
- Scrologis pengukuran antibody anti M.Leprae
- PA : Biopsi lesi kulit dan atau saraf
- ENMG
7. Komplikasi
- Imunologi : reaksi lepra tipe I (reversal) dari reaksi lepra tipe II (eritema nodosum leprosum/ENL)
- Neurologis : ulkus, law hand, drop hand, drop foot, kontraktur, multilasi dan resorbsi.
8. Penatalaksanaan
- Semua penderita lepra diobati dengan MDT yang terdiri dari Dapson, Lampren, dan Rifampisin
- Reaksi tipe I dan tipe II ringan diberikan aspirin atu kloroquin
- Reaksi tipe II berat dapat diberikan kortikosteroid dengan penurunan dosis secara bertahap
- Bila ada neuritis perlu dilakukan imobilisasi
- Perawatan ulkus
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data Subyetif- Timbul bercak atau benjolan dengan rasa tebal/mati rasa, kadang mengeluh nyeri pada lengan / tungkai, sendi-sendi, demam, pilek, dan mata procos.
- Bercak/plak hipopigmentasi/ eritematosa, papul atau nodul
- Anestesi pada lesi
- Pembesaran saraf tepi
- BTA pada sediaan apus irisan kulit positif
- Test lepronim positif atau negatif
2. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman nyeri s.d pembesaran saraf tepi.
- Potensial cedera s.d hipo/anaestesia
- Kurang pengetahuan s.d kurang informasi
- Gangguan Integritas kulit s.d adanya ulkus
3. Rencana Keperawatan
No | Diagnosa Keperawatan | Perencanaan Keperawatan | |
Tujuan dan Kriteria Hasil | Rencana Tindakan | ||
1. | Gangguan rasa nyaman nyeri s.d pembesaran saraf tepi. Ditandai dengan : DS : nyeri pada lengan / tungkai DO : klien tampak kesakitan, pembesaran saraf tepi | Tujuan : Klien merasa nyaman Kriteria hasil : Klien tampak tenang Nyeri berkurang atau hilang |
|
2. | Potensial cedera s.d hipo/anaestesia Ditandai dengan : DS : mati rasa DO : pembesaran saraf tepi | Tujuan : Tidak terdapat cedera selama perawatan Kriteria hasil : DS mengetahui hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah cedera |
|
3. | Kurang pengetahuan s.d kurang informasi Ditandai dengan : DS : klien belum tahu tentang penyakitnya. | Tujuan : Pengetahuan kilen/keluarga tentang penyakit lepra dan perawatannya menigkat Kriteria hasil : Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan kpd klien/ keluarganya maka mengetahui tentang : - Penyakit lepra - Perawatan & pengobatan - Efek samping pengobatan |
- Pengobatan dan efek sampingnya - Hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah cedera
|
4. | Gangguan Integritas kulit s.d adanya ulkus Ditandai dengan : DS : - DO : ulkus | Tujuan : Integritas kulit kembali utuh Kriteria hasil : Setelah 7 hari perawatan ulkus membaik, bersih, tidak berbau, granulasi (+) |
|
Sumber : http://hidayat2.wordpress.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!