Penyakit Morgellons telah menarik perhatian sejak tahun 2002 karena mulai banyak orang yang mengeluhkan gatal-gatal tanpa diketahui pasti penyebabnya. Hingga kini penyakit tersebut belum bisa dipahami, dan masih menjadi penyakit kulit yang misterius.
Pada tahun 2002 seorang ibu dari Pittsburgh bernama Maria Leitao meluncurkan sebuah website yang menunjukkan luka di kulit dan struktur seperti filament atau serat di kulit anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun. Sejak itu hampir 14.000 keluarga melaporkan kasus yang sama, kondisi ini disebut dengan penyakit Morgellons.
"Penyakit ini adalah suatu kondisi kulit yang tidak memiliki definisi medis tertentu yang bisa diterima. Nama tersebut juga tidak diberikan oleh dokter, melainkan oleh kelompok advokasi tertentu," ujar Prof Michael Cappello, seorang pediatric dan spesialis penyakit menular di Yale University School of Medicine di New Haven, Connecticut, seperti dikutip dari Scientificamerican, Kamis (17/6/2010).
Prof Cappello menuturkan pasien biasanya akan mengeluhkan adanya sensasi rasa gatal dan ingin terus menerus menggaruk. Pasien ini biasanya memiliki keyakinan bahwa ada sesuatu di bawah kulitnya, yaitu suatu agen yang bisa menginfeksi seperti cacing parasit.
Hal inilah yang membuat seseorang menggaruk terus karena berusaha ingin mengeluarkannya. Pasien akan mengatakan bahwa dirinya harus menggaruk terus menerus untuk mengeluarkan parasit tersebut dari dalam kulitnya.
Pasien seringkali menggambarkan sesuatu yang hidup di bawah kulitnya sebagai serat kecil. Jika dilihat dengan mikroskop diyakini berwarna putih, biru, merah atau hitam. Selain itu ada juga yang menyakininya sebagai butiran seperti pasir yang berwarna hitam atau putih di dalam kulitnya.
"Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya tidak pernah menemukan bukti adanya parasit yang bisa menginfeksi bagian bawah kulit. Sampel yang terlihat dimikroskop sama seperti kulit orang normal lainnya," ungkapnya.
Karena tidak ditemukannya bukti ada agen infeksi, maka gejala yang konsisten timbul kemungkinan akibat kondisi kejiwaannya. Untuk itu pasien ini belum bisa diperlakukan sebagai penyakit parasit. Tapi ada kemungkinan untuk mempertimbangkan diagnosis parasitosis delusi (suatu kondisi yang mana pasien secara keliru telah percaya bahwa dirinya sudah terinfeksi parasit).
Pada tahun 2002 seorang ibu dari Pittsburgh bernama Maria Leitao meluncurkan sebuah website yang menunjukkan luka di kulit dan struktur seperti filament atau serat di kulit anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun. Sejak itu hampir 14.000 keluarga melaporkan kasus yang sama, kondisi ini disebut dengan penyakit Morgellons.
"Penyakit ini adalah suatu kondisi kulit yang tidak memiliki definisi medis tertentu yang bisa diterima. Nama tersebut juga tidak diberikan oleh dokter, melainkan oleh kelompok advokasi tertentu," ujar Prof Michael Cappello, seorang pediatric dan spesialis penyakit menular di Yale University School of Medicine di New Haven, Connecticut, seperti dikutip dari Scientificamerican, Kamis (17/6/2010).
Prof Cappello menuturkan pasien biasanya akan mengeluhkan adanya sensasi rasa gatal dan ingin terus menerus menggaruk. Pasien ini biasanya memiliki keyakinan bahwa ada sesuatu di bawah kulitnya, yaitu suatu agen yang bisa menginfeksi seperti cacing parasit.
Hal inilah yang membuat seseorang menggaruk terus karena berusaha ingin mengeluarkannya. Pasien akan mengatakan bahwa dirinya harus menggaruk terus menerus untuk mengeluarkan parasit tersebut dari dalam kulitnya.
Pasien seringkali menggambarkan sesuatu yang hidup di bawah kulitnya sebagai serat kecil. Jika dilihat dengan mikroskop diyakini berwarna putih, biru, merah atau hitam. Selain itu ada juga yang menyakininya sebagai butiran seperti pasir yang berwarna hitam atau putih di dalam kulitnya.
"Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya tidak pernah menemukan bukti adanya parasit yang bisa menginfeksi bagian bawah kulit. Sampel yang terlihat dimikroskop sama seperti kulit orang normal lainnya," ungkapnya.
Karena tidak ditemukannya bukti ada agen infeksi, maka gejala yang konsisten timbul kemungkinan akibat kondisi kejiwaannya. Untuk itu pasien ini belum bisa diperlakukan sebagai penyakit parasit. Tapi ada kemungkinan untuk mempertimbangkan diagnosis parasitosis delusi (suatu kondisi yang mana pasien secara keliru telah percaya bahwa dirinya sudah terinfeksi parasit).
Sumber : Detik.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!