Tidak semua anak ketika merasakan nyeri akan menangis, menjerit atau
mengeluh. Beberapa anak mungkin akan menjadi lebih pendiam atau lebih
menarik diri ketika merasakan nyeri. Ada juga anak yang tidak
mengekpresikan apa-apa ketika merasakan nyeri, namun menjadi tidak
nafsu makan atau sulit tidur.
Dr Raymond Pitetti mengatakan telah berulang kali seorang anak masuk ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan, patah kakiatau cedera lainnya yang menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan.
Namun dokter hanya memberikan obat penghilang rasa sakit berbasis opioid yang kuat saat di IGD saja. Kemudian anak tersebut dipulangkan dengan tidak diresepkan obat pereda nyeri sama sekali. Tapi yang terjadi kemudian anak tersebut akan kembali dibawa ke IGD karena rasa sakit yang tidak tertahankan.
Dr Pitetti dan ahli lainnya mengatakan bahwa nyeri pada pasien anak sering tidak ditangani dengan baik (undermedicated), meskipun rasa sakit tersebut berasal dari patah tulang atau setelah operasi. Sebuah studi yang telah dipublikasikan dalam Journal of Pediatric Surgery melaporkan bahwa sekitar 13 persen anak mengalami nyeri yang bertahan selama berbulan-bulan setelah operasi seperti usus buntu.
"Pada pasien anak seringkali tidak diberikan obat pereda nyeri yang memadai atau cukup," kata Dr. Zeev Kain, ahli anestesi pediatrik dari University of California, Irvine seperti dilansir dari CNNHealth.
Meskipun dokter sering merasa sudah tepat memberikan obat nyeri berbasis opioid pada anak di rumah sakit, namun dokter tidak yakin untuk memberikan obat tersebut ketika anak dipulangkan, bahkan jika anak merasakan nyeri parah.
"Para dokter khawatir pasien anak akan menyalahgunakan obat tersebut atau overdosis. Tetapi sebenarnya jika obat diresepkan dengan tepat dan dengan pengawasan orangtua di rumah, kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi. Tapi ada juga ketika dokter telah meresepkan obat pereda nyeri dengan tepat untuk anak, beberapa orangtua memutuskan untuk tidak memberikannya. Hal tersebut disebabkan karena kekhawatiran orangtua terhadap overdosis obat tersebut," jelas Dr Pitetti.
Ahli pediatrik mengatakan obat pereda nyeri berbasis opioid aman untuk anak-anak pada dosis yang tepat. Namun ada sedikit risiko kecanduan jika obat dikonsumsi dalam waktu yang lama. "Jika penatalaksanaan rasa sakit pada anak tidak baik, maka pemulihannya kemungkinan besar akan lebih lambat," kata Kain.
Para ahli menyarankan beberapa tips untuk orangtua yang anaknya menderita nyeri parah antara lain :
1. Tanyakan kepada dokter mengenai obat pereda nyeri untuk anak sebelum meninggalkan rumah sakit
Jika berpikir anak akan merasakan sakit setelah pulang dari rumah sakit, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi kepada dokter mengenai resep obat pereda nyeri untuk dikonsumsi di rumah.
2. Tanyakan kepada dokter kapan harus memberikan obat tersebut pada anak
Tanyakan apakah harus memberikan obat tersebut sebelum anak merasa sakit atau jika ketika anak telah merasa sakit.
3. Lebih memperhatikan tanda-tanda jika anak sudah mulai merasakan sakit
Tidak semua anak yang merasakan nyeri akan menangis, menjerit, atau mengeluh. Beberapa anak yang merasakan sakit akan menjadi tenang dan lebih menarik diri atau memiliki kesulitan makan atau tidur.
4. Pikirkan cara lain untuk mengatasi nyeri anak selain menggunakan obat
"Metode alternatif seperti aromaterapi, akupunktur, dan mendengarkan musik dapat sangat membantu anak untuk mengalihkan rasa sakitnya," kata Kain.
Sumber : Detikhealth.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!