Sabtu, 26 Februari 2011

Askep Anak Dengan Child Abuse

A. Landasan Teori
1. Pengertian
Child Abuse didefinisikan sebagai tindakan mencederai oleh seseorang terhadap orang lain. Child abuse dapat menimbulkan akibat yang panjang, seorang anak yang pernah mengalami kekerasan, dapat menjadi orang tua yang memperlakukan anaknya dengan cara yang sama.

Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.

Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.

2. Klasifikasi Abuse

Ada 4 bentuk child abuse, yaitu:

1) Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.
Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan.
Indikator perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-mukul)

2) Physical Abuse 
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
 
Gambar 1. Memar Abnormal

memar


Gambar 2. Luka Bakar

luka-bakar
Gambar 3. Trauma Gigitan

gigitan

Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaran
Indikator perilaku – waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.

3) Neglect 
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya.
 
Gambar 4. Neglect

neglect

Indikator fisik – kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
Indikator kebiasaan - Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.

4) Sexual Abuse 
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
 
Gambar 5. Cedera Pada Genetalia Laki – laki

genital1

Gambar 6. Cedera Pada Genetalia Perempuan

genital2
 
Indikator fisik – kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/ rektal, berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan – pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)

Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.
Penganiayaan seksual mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan seksual yang nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti: aktivitas seksual (oral genital, genital, anal, atau sodomi) termasuk incest.

Di luar rumah
Dalam institusi/ lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.

3. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak.
a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.

2. Stress keluarga.
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.

3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

4. Manifestasi Klinis
a. Akibat pada fisik anak
a. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c. Kematian.

b. Akibat pada tumbuh kembang anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang tidak mendaapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:

§ Kecerdasan
- Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
- Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.
- Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.

§ Emosi
- Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
- Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.

§ Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.

§ Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman sebayanya. Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.

§ Hubungan sosial
Pada anak2 ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan2 kriminal lainnya.

c. Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
- Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan perdarahan anus.
- Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
- Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.

d. Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
- Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik
- Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
- Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
- Tingkah laku orangtua yang berlebihan

5. Faktor Resiko
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child abuse4 , yaitu
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumah yang saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada orang lain yang dapat memberikan support kepadanya.

2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah(BBLR). Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari inilah normal bonding akan terjalin.

3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag sering terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang lebih besar bila tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan.

Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih banyak melakukan kekerasan pada anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan anak yang utama. Sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai kemungkinan 5 sampai 8 kali lebih besar untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith dan Maurer)

6. Akibat Child Abuse
Anak yangmengalami kekerasan/ penganiayaan akan berakibat panjang. Mereka akan mengalamigangguan belajar, retardasi mental, gangguan perkembangan temasuk perkembangan bahasa, bicara, motorik halusnya. Dalam penelitian juga diperoleh bahwa IQ anak yang mengalami kekerasan/penganiayaan akan rendah daripada yang tidak. Mereka juga mengalami gangguan dalam konsep diri dan hubungan sosial. Teman-teman menganggap mereka sebagai anak yang suka menyendiri atau pembuat onar. Hal ini akan berlanjut hingga dewasa, dalam memilih pasangan hidup.

7. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.

Hal yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan memberikan pendidikan kepada keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta cara menghadapi stress saat menjadi orang tua. Browne mengemukakan, setidaknya skrening melibatkan 3 orang perawat yang akan datang pada 9 bulan pertama kehidupan. Pada kunjungan pertama dilakukan pengkajian atas adanya faktor yang berhubungan dengan abuse dan neglect, Pada kunjungan selanjutnya perawat mengexplorasi persepsi orang tua tentang tentang anak dan stressor si keluarga. Pada kunjungan ke tiga perawat melihat kembali tentang kebiasaan bayi dan pengasuhannya. Mengamati pertumbuhan dan perkembangannya, dan membantu orang tua untuk mengenali perkembangan yang sesuai dengan usia anak. Orang tua yang beresiko menjadi abusive parents akan memiliki perkiraan yang tidak realistik tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya bayi berusia 6 bulan dianggap harus didisiplinkan karena tidak dapat mengikuti toilet training. (Smith and Maurer, 1995) 5

Selain hal di atas, perawat juga hendaknya mengamati hubungan antara orang tua dengan anak. Salah satu indikator kunci adalah kurangnya bonding antara ibu dan anak. . Bila bonding lemah, maka perawat dapat meningkatkan pegasuhan dan kepercayaan diri orang tua sebagai pengasuh anak.


B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Perawat seringkali menjadi orang yang pertamakali menemui adanya tanda adanya kekerasan pada anak (lihat indicator fisik dn kebiasaan pada macam-macam child abuse di atas). Saat abuse terjadi, penting bagi perawat untuk mendapatkan seluruh gambarannya, bicaralah dahulu dengan orang tua tanpa disertai anak, kemudian menginterview anak. 6
1. Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
2. Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau masalah psikiatrik.
3. Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse
4. Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan ketergantungan tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir rendah, intoleransi makanan, ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, dan gangguan kurang perhatian)
5. Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.
6. Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan anak.
7. Kaji respon psikologis pada trauma
8. Kaji keadekuatan dan adanya support system
9. Situasi Keluarga
 
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
b. Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.
d. Resiko keterlambatan perkembangan b.d kerusakan tak akibat kekerasan.

3. Intervensi Keperawatan
Dx I : Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin yang konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau frustasi yang tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling dan atau kelas orangtua.
Intervensi:
- Dukung pengungkapan perasaan
- Bantu orangtua mengidentifikasi deficit atau perubahan menjadi orangtua
- Berikan kesempatan interaksi yang sering untuk orangtua atau anak
- Keterampilan model peran menjadi orangtua

Dx II : Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan peningkatan kapasitas adaptif intrakranial yang ditunjukkan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam-basa. Status neurologis, dan status neurologis: kesadaran.
Intervensi:
- Pantau tekanan intrakranial dan tekanan perfusi serebral
- Pantau status neurologis pada interval yang teratur
- Perhatikan kejadian yang merangsang terjadinya perubahan pada gelombang TIK
- Tentukan data dasar tanda vital dan irama jantung dan pantau perubahan selama dan sesudah aktivitas
- Ajarkan pada pemberi perawatan tentang tanda2 yang mengindikasikan peningkatan TIK (misalnya: peningkatan aktivitas kejang)
- Ajarkan pada pemberi perawatan tentang situasi spesifik yang merangsang TIK pada klien (misalnya: nyeri dan ansietas); diskusikan intervensi yang sesuai.

Dx III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan status gizia; asupan makanan, cairan, dan gizi, ditandai dengan indicator berikut (rentang nilai 1-5: tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau adekuat total).
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.
Asupan cairan secara oral atau IV
Intervensi:
- Identifikasi faktor2 yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien
- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin dan elektrolit
- Pengelolaan nutrisi: ketahui makanan kesukaan klien, pantau kandungan nutrisi dan kalori pada cetakan asupan, timbang klien pada interval yang tepat
- Ajarkan metode untuk perencanaan makanan
- Ajarkan klien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal
- Pengelolaan nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Dx IV : Resiko keterlambatan perkembangan b.d kerusakan tak akibat kekerasan. 
-

Sumber Referensi : 
- http://zieshila.wordpress.com/child-abuse-dan-child-neglect/
- http://nersqeets.blogspot.com/2009/06/askep-child-abuse.html



0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!