Kamis, 03 Februari 2011

Askep Klien Dengan Myastenia Gravis

 Landasan Teori Myastenia Gravis

1. Definisi


Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi neuromuskuler pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunteer) . Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial (Brunner and Suddarth 2002)

Myasthenia gravis adalah gangguan neuromuskuler yang mempengaruhi transmisi impuls pada otot-otot volunter tubuh (Sandra M. Neffina 2002).

2. Etiologi
Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot.

Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada Miastenia gravis tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori terakhir, faktor imunologik yang berperanan

3. Insiden
Miastenia gravis lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria (usia 40 tahun). Kalau penderita punya thymomas, justru mayoritas pada pria dengan 50-60 tahun.

4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut osserman ada 4 tipe :

1. Oeular miastenia
Terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak ada kematian
a. Mild generalized myiasthenia
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan bulber. System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap otot baik.

b. Moderate generalized myasthenia
Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar dan respon terhadap obat tidak memuaskan.

3. Severe generalized myasthenia
a. Acute fulmating myasthenia
Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot-otot pernafasan, progesi penyakit biasanya komlit dalam 6 bulan. Respon terhadap obat kurangmemuaskan, aktivitas penderita terbatas dan mortilitas tinggi, insidens tinggi thymoma

b. Late severe myasthenia
Timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok I dan II progresif dari myasthenia gravis dapat pelan-pelan atau mendadak, prosentase thymoma kedua paling tinggi. Respon terhadap obat dan prognosis jelek

4. Myasthenia crisis
Menjadi cepat buruknya keadaan penderita myasthenia gravis dapat disebabkan :
- Pekerjaan fisik yang berlebihan
- Emosi
- Infeksi
- Melahirkan anak
- Progresif dari penyakit
- Obat-obatan yang dapat menyebabkan neuro muskuler, misalnya streptomisin, neomisisn, kurare, kloroform, eter, morfin sedative dan muscle relaxan.
- Penggunaan urus-urus enema disebabkan oleh karena hilangnya kalium

5. Manifestasi Klinik
1. Kelemahan otot ekstrim dan mudah mengalami kelelahan
2. Diplobia (penglihatan ganda)
3. Ptosis (jatuhnya kelopak mata)
4. Disfonia (gangguan suara)
5. Kelemahan diafragma dan otot-otot interkosal progressif menyebabkan gawat napas.

6. Diagnostik Test
1.Test serum anti bodi resptor ACh yang positif pada 90% pasien.
2.Test tensilon : injeksi iv memeperbaiki respon motorik sementara dan menurunkan gejala pada krisis miastenik untuk sementara waktu memperburuk gejala-gejala pada krisis kolinergik.
3.Test elektro fisiologis untuk menunjukan penurunan respon rangsangan saraf berulang.
4.CT dapat menunjukan hiperplasia timus yang dianggap menyebabkan respon autoimun.


7. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Dasar ketidk normalan pada miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada trasmisi inpuls saraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membran post sinaps pada sambungan neuromuskuler. Penelitian memperlihakan adanya penurunan 70-90% reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuskuler setiap individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap langsung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak transmisi neuromuskuler.

8. Komplikasi
1. Bisa timbul miastenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapi yang tidak diawasi
2. Pneumonia
3. Bullous death


Asuhan Keperawatan Myastenia Gravis

1.Pengkajian
Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
Keluhan utama : Kelemahan otot
Riwayat kesehatan : Diagnosa miasenia didasarkan pada riwayat dan pesentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan pasial setelah istirahat sangatlah menunukkan miastenia gravis, pasien mugkin mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik yang sederhana . riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.

B1 (Breathing)
Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut

B2 (Bleeding)
Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi

B3 (Brain)
Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau dislopia intermien, bicara klien mungkin disatrik

B4 (Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.

B5 ( Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.

B6 (Bone)
Gangguan aktifitas/ mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebihan.

2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan potensial pasien dapat meliputi hal berikut :
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
2. Deficit peraatan diri yang berubungan dengan kelemahan otot, keletihan umum
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan disfagia, intubasi, atau paralisis otot.

3.Intervensi dan Implementasi Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan

Tujuan :
Pasien akan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

a. Lakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi alternative jika klien menggunakan ventilator
b. Catat saturasi O2 dengan oksimetri, terutama dengan aktifitas
c. Ukur parameter pernafasan dengan teratur
d. Kolaborasi dengn dokter untuk pemberian obat antikolinergik
e. Sucktion sesuai kebutuhan (obat-obatan antikolinergik meningkatkan sekresi bronkial)

2. Deficit perawatan diri yang berubungan dengan kelemahan otot, keletihan umum

Tujuan ;
Pasien akan mampu melakukan sedikitnya 25 % aktifitas diri dan berhias

a. Buat jadwal perawatan diri dengan interval
b. Berikan waktu istirahat diantara aktivitas
c. Lakukan perawatan diri untuk pasien selama kelemahan otot yang sangat berlebihan atau sertakan keluarga
d. Peragakan tehnik-tehnik penghematan energi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan disfagia, intubasi, atau paralisis otot.

Tujuan :
Masukan kalori akan adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik

a. Kaji reflek gangguan menelan dan refek batuk sebelum pemberian peroral
b. Hentikan pemberian makan peroraljika pasien tidak dapat mengatasi sekresi oral atau jika reflek gangguan menelan atau batuk tertekan
c. Pasang selang makan kecil dan berikan makan perselang jika terdapat disfagia.
d. Catat intake dan output
e. Lakukan konsultasi gizi untuk mengevaluasi kalori
f. Timbang pasien setiap hari.
 

Pemantauan
1)Pantau status pernapasan pasien untuk melihat adanya kemumgkinan gagal napas dan krisis miastenik atau kolinergik.

2)Waspadai adanya tanda-tanda krisis yang mengancam :
a)Distres pernapasan mendadak
b)Tanda-tanda disvagia, disarfria, ptosis dan diplobia
c)Takikardia, ansietas
d)Pantau respon pasien terhadap terapi obat
3)Pantau respon pasien terhadap terapi obat

Perawatan penunjang
1)Berikam medikasi sehingga efek puncaknya bersamaan dengan makan danaktivitas esensial.
2)Bantu pasien membuat jadwal aktivitas yang realistik
3)Berikan periode istirahat untuk meminimalkan keletihan
4)Berikan alat bantu untuk membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari meskipun terjadi kelemahan.
5) Jika pasien menderita diplopia berikan penutp mata untuk menggunakan mata yang lain untuk meminimalkan resiko terjatuh.

6)Untuk menghindari aspirasi :
a)Ajari pasien untuk memposisikan kepala pada posisi sedikit fleksi untuk melindungi jalan napas ketika sedang makan
b)Sediakan alat pegisap sehingga pasien dapat mengoprasikannya
c)Jika pasien sedang krisis atau mengalami gangguan menelan berikan cairan iv dan makan melalui selang nasogastrik, tinggikan kepala pada tempat tidur setelah pemberian makan
d)Jika pasien memakai ventilator mekanik berikan pengisapan yang sering, kaji bunyi napas dan periksa, laporkan hasil sinar-X dada.

7)Tunjukan pasien bagaimana caranya menahan dagu dengan tangan untuk menopang rahang bawah untuk membantu berbicara

8)Jika bicara terganggu dengan sangat parah anjurkan pasien untuk menggunakan metode komunikasi alternatif seperti kartu flash atau papan huruf.


Pendidikan pasien dan pemeliharaan kesehatan
1)Instruksikan pasien dan keluarga berkaitan dengan gejala krisis miastenia.

2)Ajari pasien cara-cara untuk mencegah krisis dan memburuknya gejala;
a)Hindari terpajan flu dan inveksi lain
b)Hindari panas atau dingin yang berlebihan
c)Beritahu pasien untuk menginformasikan pada dokter gigi tentang kondisi, karena penggunaan prokain (navokaine) tidak ditoleransi dengan baik dan dapat mencetuskan krisis
d)Hindari kesedihan secara emosional

3)Ajari pasien dan keluarga berkaitan dengan penggunaan pengisap rumah
4)Tinjau kembali masa puncak obat dan bagaimana menjadwalkan akivitas untuk mendapatakn hasil yang baik
5)Tekankan pentingnya priode istirahat yang terjadwal untuk menghindari keletihan
6)Anjurkan pasien untuk memakai gelang kewaspaan medis.

4.Evaluasi
1) Mencapai fungsi pernapasan adekuat
a)Menunjukan frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan normal, dan kekuatan otot normal.
b)Mentaati jadwal medikasi yang ditetapkan.
c)Menyatakan bahwa tas resusitasi dan pengisapan fortabel untuk digunakan dirumah.
d)Mengihindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat memperberat gejala.

2)Beradaptasi pada kerusakan mobilitas
a)Menetapkan program istirahat dan latihan yang seimbang.
b)Mengidentifikasi tindakan untuk menghemat energi.
c)Menggunakan alat-alat bantu
d)Menetapkan maantaati jadwal medikasi yang memaksimalkan kekuatan otot.

3)Tidak mengalami aspirasi
a)Menunjukan bunyi napas normal
b)Makan dengan lambat dan memilih diet (lunak) yanag sesuai.
c)Menetapkan jadwal medikasi yang sesuai dengan waktu makan.

4)Mengalami pemulihan krisis miasteniak dan kolinergik
a)Menyebutkan tanda dan gejala.
b)Mentaati program medikasi
c)Menggunakan gelang waspada medik.


Daftar Pustaka

- Doenges, E. M (2000), Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian, ed. 3, EGC, Jakarta.
- Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol. 2. EGC.jakarta.
- Ramali, A.( 2000 ). Kamus Kedokteran. Djambatan, Jakarta.
- Sumber Referensi : http://dastodebelto.blogspot.com


0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!