Menyundul bola hingga 1.000 kali merupakan hal yang biasa bagi seorang pemain sepakbola. Namun bagi anak-anak, menyundul bola sesering itu tidak dianjurkan karena bisa memicu kerusakan pada sel-sel otak yang seharusnya masih berkembang.
Menurut sebuah penelitian di Albert Eisntein College, sel-sel otak pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan sangat rentan terhadap benturan. Segala jenis benturan termasuk saat menyundul bola bisa memicu terjadinya kerusakan pada sel-sel otak.
Untuk membuktikan hal itu, para ilmuwan meneliti 38 pemain sepakbola amatir berusia rata-rata 30 tahun. Meski berstatus amatir, seluruh partisipan sudah bermain sepakbola sejak masih kecil dan secara teratur masih sering bermain hingga saat ini.
Saat menanyakan soal kebiasaan menyundul bola, para ilmuwan mendapati adanya hubungan antara kebiasaan tersebut kerusakan sel otak. Makin sering menyundul bola saat bermain bola, semakin banyak sel otak yang rusak saat diamati dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Kerusakan itu paling banyak terdapat pada 5 area di frontal loba dan otak depan bagian bawah. Bagian orak di area-area tersebut umumnya bertanggung jawab terhadap pemusatan perhatian, penyimpanan memori atau daya ingat serta kemampuan visual atau daya pandang.
Ketika diuji dengan beberapa macam tes untuk menilai fungsi otak, para pemain bola yang sering menyundul bola mengalami kesulitan. Kerusakan pada sel-sel otak tersebut memberikan hasil buruk pada tes memori verbal dan kemampuan koordinasi antara mata dan tangan.
"Penelitian ini memberikan bukti yang meyakinkan bahwa cedera otak bisa terjadi akibat terlalu sering menyundul bola, sehingga tidak dianjurkan pada anak-anak," tulis para peneliti yang tidak menyebutkan batas usia yang aman bagi anak untuk mulai diperbolehkan menyundul bola, seperti dikutip dari Thesun.
Menurut sebuah penelitian di Albert Eisntein College, sel-sel otak pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan sangat rentan terhadap benturan. Segala jenis benturan termasuk saat menyundul bola bisa memicu terjadinya kerusakan pada sel-sel otak.
Untuk membuktikan hal itu, para ilmuwan meneliti 38 pemain sepakbola amatir berusia rata-rata 30 tahun. Meski berstatus amatir, seluruh partisipan sudah bermain sepakbola sejak masih kecil dan secara teratur masih sering bermain hingga saat ini.
Saat menanyakan soal kebiasaan menyundul bola, para ilmuwan mendapati adanya hubungan antara kebiasaan tersebut kerusakan sel otak. Makin sering menyundul bola saat bermain bola, semakin banyak sel otak yang rusak saat diamati dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Kerusakan itu paling banyak terdapat pada 5 area di frontal loba dan otak depan bagian bawah. Bagian orak di area-area tersebut umumnya bertanggung jawab terhadap pemusatan perhatian, penyimpanan memori atau daya ingat serta kemampuan visual atau daya pandang.
Ketika diuji dengan beberapa macam tes untuk menilai fungsi otak, para pemain bola yang sering menyundul bola mengalami kesulitan. Kerusakan pada sel-sel otak tersebut memberikan hasil buruk pada tes memori verbal dan kemampuan koordinasi antara mata dan tangan.
"Penelitian ini memberikan bukti yang meyakinkan bahwa cedera otak bisa terjadi akibat terlalu sering menyundul bola, sehingga tidak dianjurkan pada anak-anak," tulis para peneliti yang tidak menyebutkan batas usia yang aman bagi anak untuk mulai diperbolehkan menyundul bola, seperti dikutip dari Thesun.
Sumber : Detikhealth.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!