Selasa, 14 Desember 2010

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Anosmia


1. DEFINISI DAN ETIOLOGI
Definisi
Anosmia adalah suatu tidak adanya/hilangnya sensasi penciuman, dalam hal ini berarti hilangnya kemampuan mencium atau membau dari indera penciuman. Hilangnya sensasi ini bisa parsial ataupun total.



Etiologi
a. Defek konduktif
1) Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan pembauan.
2) Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung sehinga menghalangi aliran adorant / ke epitel olfaktorius.
3) Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista dermoid) juga dapat menyebabkan obstruksi.
4) Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hisposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung.

b. Defek sentral / sensorineural
1) Proses infeksi / inflamasi menyebabkan defek sentral gangguan pada transmisi sinyal.
2) Penyebab congenital menyebabkan hilangnya struktur syaraf.
3) Gangguan endokrin (hipotiroidisme, hipoadrenalisme, DM) berpengaruh pada fungsi pembauan.
4) Trauma kepala, operasi otak atau perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila olfaktoria yang halus dan mengakibatkan anosmia.
5) Toksitisitas dari obat – obatan sistemik dan inhalasi
6) Definsi gizi (vit A, thiamin, zink) terbukti dapat mempengarui pembauan.

Factor resiko
a. Proses degenerative patologi (penyakit Parkinson, Alzheimer)
b. Proses degenaratife normal (penuaan)
c. Lingkungan
o Perokok
o Pencemaran bahan kimia
o Cuaca
o Virus bakteri pathogen
d. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang jumlah neuron olfaktorius lambat laun akan berkurang sehingga mengurangi daya penciuman.
e. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko menderita anosmia karena jumlah bulu hidung relative lebih sedikit daripada pria dan imunitas yang kurang sehingga beresiko terhadap infeksi pada hidung.

2. PATOFISILOGI
Indra penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam system penginderaan kimia kita (chemosensation). Proses yang kompleks dari mencium dan mengecap di mulai ketika molekul – molekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang menstimulasi sel syaraf khusus dihidung, mulut atau tenggorokan. Sel – sel ini menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus di identifikasi. Sel – sel olfaktori (saraf penciuman) di stimulasi oleh bau busuk di sekitar kita. Contoh aroma dari mawar adonan pada roti. Sel –sel saraf ini ditemukan di sebuah tambahan kecil dari jaringan terletak diatas hidung bagian dalam, dan mereka terhubung secara langsung ke otak penciuman (olfaktori) terjadi karena adanya molekul – molekul yang menguap dan masuk kesaluran hidung dan mengenal olfactory membrane. Manusia memiliki kira – kira 10.000 sel reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara masuk, maka sel – sel ini mengirimkan impuls saraf (Loncent, 1988).
Pada mekanisme terdapat gangguan atau kerusakan dari sel – sel olfaktorus menyebabkan reseptor dapat mengirimkan impuls menuju susunan saraf pusat. Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya sehingga tidak dapat mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat kerusakan dari saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls yang masuk.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Berkurangnya kemampuan dan bahkan sampai tidak bisa mendeteksi bau.
b. Gangguan pembau yang timbul bisa bersifat total / tidak bisa mendeteksi seluruh bau.
c. Dapat bersifat parsial / hanya sejumlah bau yang dapat dideteksi.
d. Dapat juga bersifat spesifik (hanya satu / sejumlah kecil yang dapat dideteksi)
e. Kehilangan kemampuan merasa / mendeteksi rasa dalam makanan yang di makan.
f. Berkurangnya nafsu makan.

4. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehilangan sesuai penciuman antara lain antihistamin bila diindikasi penderita alergi
b. Berhenti merokok dapat meningkatkan fungsi penciuman.
c. Koreksi operasi yang memblok fisik dan mencegah kelebihan dapat digunakan dekongostan nasal.
d. Suplemen zink kadang direkomendasikan
e. Kerusakan neuro olfaktorius akibat infeksi virus prognosisnya buruk, karena tidak dapat di obati.
f. Terapi vitamin A sebagian besar dalam bentuk vitamin A


5. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PENUNJANG MEDIS
a. Merubah / menghentikan obat – obatan yang diduga menjadi penyebab terjadi kelainan.
b. Menjaga agar mulut tetap basah dengan cara mengulum permen.
c. Menunggu beberapa minggu untuk melihat perkembangan selanjutnya.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Temuan laboratorium
Telah dikembangkan teknik – teknik untuk biopsi neuroepitelium olfaktorius.
b. Pencitraan
CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma pada fossa kranii anterior yang tidak diduga sebelumnya, sinusitis paranasolik dan neoplasma pada rongga hidung dan sinus paranasalis.

c. Pemeriksaan sensorik
1) Langkah pertama menentukan sensasi kualitatif
Untuk menentukan derajat sejauh mana keberadaan sensori kualitatif.
2) Langkah kedua menentukan ambang deteksi
Setelah dokter menentukan derajat sejauh mana keberadaan sensasi kualitatif, langkah kedua pada pemeriksaan sensorik adalah menetapkan ambang deteksi untuk bau alkohol feniletil. Ambang ini ditetapkan menggunakan rangsangan bertingkat. Sensitivitas untuk masing – masing lubang hidung ditentukan dengan ambang deteksi untuk nil-teil metil karbonil. Tahapan hidung juga dapat diukur dengan rinomanometri anterior untuk masing – masing sisi hidung.


7. ANALISA DATA
1 DO : pemeriksaan diagnostic
DS : kemampuan membau berkurang sehinga sulit mengenali bau makanan dan lain – lain. Kerusakan sel olfaktori akibat infeksi sinus hidung yang serius Perubahan persepsi sensasi penciuman
2 DO : data kebutuhan nutrisi / porsi makan
DS : nafsu makan berkurang karena pasien kesulitan dalam mengenali bau Anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

3 DO : data kebutuhan nutrisi / porsi makan
DS : kemampuan makan berkurang karena rasa makanan tidak enak Penurunan perasa Perubahan persepsi sensori
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori penciuman berhubungan dengan kerusakan sel olfaktori akibat infeksi sinus hidung yang serius.
2. Perubahan persepsi sensori rasa berhubungan dengan penurunan perasa.
3. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia


9. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori penciuman berhubungan dengan kerusakan sel olfaktori akibat infeksi sinus hidung yang serius.
Tujuan : gangguan persepsi berkurang / hilang
KH : meningkatkan penciuman pasien
Intervensi :
a. Kaji ketajaman pembau pasien
b. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program terapi
d. Beri stimulasi bau – bau tertentu.

2. Perubahan persepsi sensori rasa berhubungan dengan penurunan perasa.
Tujuan :
KH :
a. Kaji penciuman ketajaman perasa pasien
b. Berikan stimulasi rasa tertentu
c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
d. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi

3. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : nutrisi tercukupi
KH : menghabiskan porsi makanan
Intervensi :
a. Sajikan makanan selagi masih hangat
b. Berikan makanan sedikit tapi sering
c. Kolaborasi pemberian diet dengan ahli gizi


Sumber : http://fatmazdnrs.blogspot.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!