Rabu, 01 Desember 2010

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Asma Bronchiale


I.        Konsep Penyakit
A.      Definisi
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan cirri bronkospame priodik (kontraksi spasme pada saluran nafas), merupakan penyakit kompleks yang dapat dilibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, dan psikologi
B.      Tipe Asma
a.      Asma Alergi (ekstrinsik)
Merupakan jenis asma dengan yang disebabkan oleh alergen (misalnya: bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, dan makanan, dll)
Alergen yang paling umum adalah alergen melalui udara (airborne) dan alergen yang muncul secara musiman. Pasien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat Renitis Alergik. Gejala asma biasanya dimulai saat kanak-kanak.
b.      Idiopatik/Non Alergik Asma (Instrinsik)
Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan langsung dengan alergi spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, ispa, aktivitas, emosi dan polusi lingkungan dapat menimbulkan serangan asma.
c.       Asma Campuran (Mixed Asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering ditemukan. Dikarakteristikkan dengan bentk kedua jenis asma alergen dan idiopatik atau non alergen
C.      Etiologi
Sampai saat ini penyebab asma belum diketahui dengan pasti namun suatu hal yang sering terjadi pada semua pasien asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus
Faktor-faktor penyebab antara lain:
1.      Alergen utama
2.      Iritasi seperti asap, bau-bauan dan polutan
3.      Ispa
4.      Perubahan cuaca yang ekstrim
5.      Aktivitas fisik yang berlebihan
6.      Obat-obatan
7.      Emosi
D.     Gambaran Klinik
-          Sesak nafas dengan ekspresi memanjang disertai wheezing
-          Disertai batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan
-          Bernafas dengan menggunakan otot nafas tambahan
-          Sianosis, tachecardi, gelisah
-          Anoreksia
-          Cemas dan takut
E.      Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi dan psikologis. Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatkan sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea, serta meningkatkan produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara determinal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan ventilasi (hipoventilasi). Distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah panic, gangguan difusi gas di tingkat alveoli .
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu disebabkan alergi tertentu. Selain itu, terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik spertu eksim, dermatitis, demam tinggi dank lien dengan riwayat asma, sebaik pada asma intrinsic sering ditemukan adanya faktor pinectus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
F.       Pemeriksaan Penunjang
-          Spirometri
-          Test provokasi
-          Test kulit
-          Pemeriksaan radiologi
-          Analisa gas darah
-          Pemeriksaan sputum
G.     Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronchial
-          Diagnosis status asmatikur
Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah
o   Waktu terjadinya serangan
o   Obat-obatan yang diberikan (jenis dan dosis)
-          Pemberian obat bronkodilator
-          Penilaian terhadap perbaikan serangan
-          Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
-          Setelah serangan mereda
o   Cari faktor penyebab
o   Modifikasi pengobatan penunjang sebelumnya
Obat-obatan yang diberikan:
1.   Beta Agonist
Jenis obat yang diberikan paling awal karena bekerja dengan cara mendilatasikan otot-otot polos, meningkatkan silia, menurunkan mediator kimia anafilaksis dan dapat meningkatkan efek bronkolasi.
Yang biasa dipakai adalah: epineprin, alboterol, metaproterenol, isoproterenol, isoetharine, dan terbutaline diberikan secara parenteral atau inhalasi
2.   Bronkodilator
Sebaiknya menggunakan aminophilin secara parenteral
3.   Kortikostiroid
Bila diberikan obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan maka pengobatan dilanjutkan dengan 200 mg hidrokortison secara oral atau dengan dosis 3 - 4 mg/KgBB/w sebagai dosis permulaan dan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol dengan diikuti pemberian 30 – 60 mg prednisone atau dengan dosis 1 – 2 mg/KgBB/ hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
4.      Pemberian oksigen
O2 diberikan 2 – 4 liter/menit



II.      Konsep Keperawatan
A.      Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah:
1.      Riwayat kesehatan yang lalu
-          Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
-          Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
-          Kaji riwayat pekerjaan pasien
2.      Aktivitas
-          Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
-          Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
-          Tidur dalam posisi duduk tinggi
3.      Pernafasan
-          Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan nafas memburuk ketika pasien berbaring telentang di tempat tidur menggunakan alat bantu pernafasan
-          Adanya bunyi nafas mengi
-          Adanya buntu berulang
4.      Sirkulasi
-          Adanya peningkatan tekanan darah
-          Adanya peningakatan frekuensi jantung
-          Warna kulit atau membrane mukosa normal/abu-abu/sianosis, kemerahan atau berkeringat
5.      Integritas Ego
-          Ansietas
-          Ketakutan
-          Peka rangsangan
-          Gelisah
6.      Asupan Nutrisi
-          Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, penurunan berat badan karena anoreksia
7.      Seksualitas
-          Penurunan libido
B.      Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, obstruksi, edema bronkus.
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake oral kurang
3.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat imunitas
4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti, menyatakan paham atau pemahaman kondisi, proses penyakit
C.      Rencana Tindakan
1.      Diagnosa I
Tujuan       :  Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas
Intervensi:
-          Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas
Rasional    :  Taupnhea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan, selama stress atau adanya proses infeksi akut
-          Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat resiko inspirasi/ekspirasi
Rasional    :  disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di Rumah Sakit
-          Tempatkan posisi yang nyaman pada klien
Contoh       :  meninggalkan kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional    :  peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
-          Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari dengan air hangat
Rasional    :  hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat spasme bronkus
-          Pertahankan polusi lingkungan
Rasional    :  menurunkan spasme jalan nafas dan produksi mukosa
2.      Diagnosa II
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksi
Tujuan       :  Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan criteria KV baik, bibir lembab, nafsu makan baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
-          Kaji status nutrisi klien
Rasional    :  menentukan dan membantu dalam intervensi sebelumnya
-          Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi
Rasional    :  peningkatan pengetahuan dapat meningkatkan partisipasi bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya
-          Timbang berat badan dan fungsi badan
Rasional    :  penurunan berat badan yang signifikan merupakan indicator kurangnya nutrisi
-          Anjurkan klien minum air hangat saat makan
Rasional    :  Air hangat dapat mengurangi rasa mual
-          Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional    :  Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
-          Kolaborasi dengan tim gizi
Rasional    :  menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
3.      Diagnosa III
Tujuan       :  menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi:
-          Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
Rasional    :  berguna dalam evakuasi distress pernafasan dan kronisnya proses penyakitnya
-          Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas
Rasional    :  penurunan oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
-          Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa
Rasional    :  sianosis perifer mungkin, sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipokalsemia.
-          Dorong mengeluarkan sputum
Rasional    :  kental dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
-          Palpasi fremitus
Rasional    :  penurunan getaran verbal diduga ada pengempulan cairan atau udara terjebak
-          Kolaborasi dengan tim dokter mengenai pemberian O2 tambahan
Rasional    :  memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia
D.     Evaluasi
1.      Jalan nafas kembali efektif
2.      Pola nafas kembali efektif
3.      Kebutuhan nutrisi dapat terenuhi.


Created by Zen
Amparita, 01 Desember 2010
20.50 WITA

0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!