Jumat, 11 Februari 2011

Kraniektomi Dekompresi untuk Edema Serebri

1. Definisi
Edema serebri adalah pembekakan jaringan otak yang berkaitan dengan trauma.

 Kraniektomi

2. Indikasi Operasi
Edema serebri yang mengakibatkan penurunan kesadaran.

3. Kontra indikasi operasi
Umum keadaan pasien yang jelek

4. Diagnosis Banding
Semua cedera kepala yang mengakibatkan penurunan kesadaran


Teknik Operasi

1. Positioning
Letakkan kepala pada tepi meja untuk memudahkan operator. Head-up kurang lebih 15o (pasang donat kecil dibawah kepala). Letakkan kepala miring kontralateral lokasi lesi. Ganjal bahu satu sisi saja (pada sisi lesi) misalnya kepala miring ke kanan maka ganjal bantal di bahu kiri dan sebaliknya.

2. Washing
Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon: desinfektan, menghilangkan lemak yang ada di kulit kepala sehingga pori-pori terbuka, penetrasi betadine lebih baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang doek steril di bawah kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi.

3. Markering
Saat markering perhatikan: garis rambut – untuk kosmetik, sinus – untuk menghindari perdarahan, sutura – untuk mengetahui lokasi, zygoma – sebagai batas basis cranii, jalannya N VII (kurang lebih 1/3 depan antara tragus sampai dengan canthus lateralis orbita).

4. Desinfeksi
Desinfeksi  lapangan operasi  dengan betadine. Suntikkan Adrenalin 1:200.000 yang mengandung lidocain 0,5%. Tutup lapangan operasi dengan doek steril.

5. Operasi
  • Incisi lapis demi lapis sedalam galea (setiap 5cm) mulai dari ujung.
  • Pasang haak tajam 2 buah (oleh asisten), tarik ke atas sekitar 60o.
  • Buka flap secara tajam pada loose connective tissue. Kompres dengan kasa basah. Di bawahnya diganjal dengan kasa steril supaya pembuluh darah tidak tertekuk (bahaya nekrosis pada kulit kepala). Klem pada pangkal flap dan fiksasi pada doek.
  • Buka pericranium dengan diatermi. Kelupas secara hati-hati dengan rasparatorium pada daerah yang akan di burrhole dan gergaji kemudian dan rawat perdarahan.
  • Lakukan burrhole pertama dengan mata bor tajam (Hudson’s Brace) kemudian dengan mata bor yang melingkar (Conical boor) bila sudah menembus tabula interna.
  • Boorhole minimal pada 4 tempat sesuai dengan merkering. Perdarahan dari tulang dapat dihentikan dengan bone wax. Tutup lubang boorhole dengan kapas basah/ wetjes.
  • Buka tulang dengan gigli. Bebaskan dura dari cranium dengan menggunakan sonde. Masukan penuntun gigli pada lubang boorhole. Pasang gigli kemudian masukkan penuntun gigli sampai menembus lubang boorhole di sebelahnya. Lakukan pemotongan dengan gergaji dan asisten memfixir kepala penderita. Patahkan tulang kepala dengan flap ke atas menjauhi otak dengan cara  tulang dipegang dengan knabel tang dan bagian bawah dilindungi dengan elevator kemudian miringkan posisi elevator pada saat mematahkan tulang.
  • Setelah terdekompresi fragmen tulang dapat di simpan di subgaleal atau di dinding abdomen kemudian lapangan operasi dapat ditutup lapis demi lapis dengan cara sebagai berikut:
-    Teugel dura di tengah lapangan operasi dengan silk 3.0 menembus keluar kulit.
-    Periost dan fascia otot dijahit dengan vicryl 2.0.
-    Pasang drain subgaleal. Jahit galea dengan vicryl 2.0.
-    Jahit kulit dengan silk 3.0.
-    Hubungkan drain dengan vaum drain (Redon drain).

5.  Komplikasi operasi
Komplikasi berupa infeksi luka operasi dikepala maupun di dinding abdomen tempat menyimpang tulang.

6.  Mortalitas
Mortalitas tergantung berat ringannya cedera otak.

7.  Perawatan Pascabedah dan Follow Up
  • Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Perawatan luka dilakukan pada luka operasi dikepala dan pada dinding abdomen. Jahitan dibuka pada hari ke 5-7.
  • Tindakan pemasangan fragmen tulang atau cranioplasty dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.

Sumber Referensi : http://bedahunmuh.wordpress.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!