Hampir di seluruh bagian dunia infeksi Virus Hepatitis G (VHG) menyerang dengan angka kejadian yang bervariasi.
Angka infeksi pada kelompok penyalahgunan obat melalui suntikan (intravenous drug abuse), pekerja seks komersial (PSK), tenaga medis, pasien cuci darah (hemodialisis) rutin, pasien hemofilia/thalasemia serta dari ibu ke janin tampak lebih tinggi karena penularan HVG dapat terjadi melalui kontak seksual, parenteral maupun via plasenta.
Pengisolasian virus Hepatitis GB-C (VHGB-C) oleh para peneliti pada seekor tamarin (monyet kecil) membuahkan pemikiran mengenai virus Hepatitis G (VHG) yang diperkirakan merupakan penyebab hepatitis di luar virus Hepatitis A-E.
Angka infeksi pada kelompok penyalahgunan obat melalui suntikan (intravenous drug abuse), pekerja seks komersial (PSK), tenaga medis, pasien cuci darah (hemodialisis) rutin, pasien hemofilia/thalasemia serta dari ibu ke janin tampak lebih tinggi karena penularan HVG dapat terjadi melalui kontak seksual, parenteral maupun via plasenta.
Pengisolasian virus Hepatitis GB-C (VHGB-C) oleh para peneliti pada seekor tamarin (monyet kecil) membuahkan pemikiran mengenai virus Hepatitis G (VHG) yang diperkirakan merupakan penyebab hepatitis di luar virus Hepatitis A-E.
Penelitian lebih lanjut menyatakan bahwa terdapat susunan genom VHG yang berkait erat dengan VHGBC. Sebanyak 85 persen persamaan susunan genom antara VHG dan VHGB-C dan 95 persen persamaan sekuens asam amino pada kedua virus tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua virus ini merupakan virus yang sejenis dengan genotip yang berbeda.
Di Indonesia, angka VHG pada pasien populasi umum dengan Hepatitis kronis dan anti VHC positif di Jakarta sebesar 12 persen. Sedangkan pada pasien yang rutin melakukan cuci darah sebesar 6 persen dan pada pendonor darah sebesar 2 persen. Ini tidak jauh berbeda dengan Italia (1,5 persen), China dan Spanyol 3 persen serta Jerman 5 persen pada populasi umum.
VHG dapat dijumpai dalam tubuh seseorang tanpa disertai infeksi virus hepatitis lainnya. Namun 10 - 15 persen muncul sebagai pasangan/koinfeksi atau superinfeksi virus Hepatitis C (VHC) dan 5-15 persen pada virus Hepatitis B (VHB).
Gejala klinis yang umum terjadi pada infeksi VHG adalah malaise (rasa tidak enak badan), nyeri otot dan kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah, perut kembung, begah, nyeri perut dan umumnya infeksi VHG akutlebih ringan dibandingkan dengan infeksi VHC dan seringkali bahkan tanpa gejala.
Sebagian besar virus VHG bisa menetap lama di dalam tubuh, pada pasien dialisis rutin dapat berlangsung sampai 11 tahun dan pada pasien yang mendapatkan transfusi darah 8-17 tahun tanpa disertai tanda-tanda penyakit hati yang aktif, karena sifat VHG yang
dapat menyebabkan hepatitis virus kronik (sekitar 29 persen).
Sampai saat ini, sulit menentukan HVG kronik karena perjalanan penyakit HVG sebagian besar bersama dengan infeksi VHB dan VHC dan terutama dijumpai pada orang-orang yang memiliki riwayat kontak dengan produk darah secara rutin dan lama.
Perjalanan penyakit VHG sendiri belum diketahui secara pasti. Demikian pula stadium akhir kronis akibat VHG ini sehingga penggunaan terapi obat - obatan pada VHG masih memerlukan banyak penelitian di masa yang akan datang.
Sumber : KOMPAS.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!