Hipogonadotropin Hipogonadism, Sindrom Peterpan
Barangkali Anda pernah mengenal seseorang yang usianya sudah remaja, tapi ukuran fisiknya masih seperti anak-anak. Pada diri "si mini" ini terdapat kelainan, yaitu terhambatnya hormon pertumbuhan dan hormon seksual sehingga mereka tidak pernah tumbuh seperti orang dewasa.
Dalam dunia kedokteran, kasus "si mini" ini disebut hipogonadotropin hipogonadism. Perkembangan mental mereka tidak diikuti dengan perkembangan fisiknya sehingga sampai kapan pun mereka akan terus terlihat seperti anak-anak. Beberapa tokoh si mini tersebut mungkin pernah Anda saksikan di layar kaya.
Menurut penjelasan dr.Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, fenomena hipogonadotropin hipogonadism ini terjadi karena adanya gangguan hormon di otak yaitu dalam hipotalamus dan hipofise yang tidak dapat merangsang hormon pertumbuhan dan horman seksual, sehingga pertumbuhan badan terhambat dan tidak ada timbul tanda-tanda pubertas.
"Di usia pubertas normalnya hormon pertumbuhan dan hormon seksual meningkat tajam sehingga timbul tanda-tanda seksual sekunder, seperti suara berubah, munculnya rambut kemaluan dan sebagainya," kata dokter ahli endokrin anak dan remaja dari RSIB Harapan Kita Jakarta ini, Rabu (6/4/2011).
Anak-anak yang menderita gangguan hormon ini juga sering disebut menderita sindrom Peter Pan, anak-anak yang tidak pernah mencapai usia dewasa. "Saat teman-teman sebayanya sudah tumbuh besar dan mulai pubertas, mereka tetap seperti anak kecil," paparnya.
Penyebab pasti gangguan hormon ini memang belum diketahui tetapi jika diterapi sedini mungkin dengan hormon pertumbuhan, biasanya anak "Peter Pan" ini masih bisa mengejar ketertinggalannya.
"Pemberian terapi hormon pertumbuhan ini idealnya sebelum anak pubertas, karena di usia puber tulang anak sudah menutup sehingga tidak bisa terjadi pertumbuhan lagi," katanya. Pada laki-laki biasanya tulang sudah menutup di usia 17-20 tahun, sedangkan pada perempuan lebih awal lagi yakni di usia 15-16 tahun. Bila diberikan pada saat yang tepat terapi hormon bisa membuat tinggi badan anak tidak jauh tertinggal dengan teman-temannya. "Angka keberhasilannya mencapai 70 persen," ujar dr.Adit.
Pemberian hormon testosteron juga diperlukan jika hormon seksual anak terganggu. "Pada umumnya ereksi penis tetap normal tapi cairan maninya tidak mengandung sperma," paparnya. Untuk mendeteksi dini gangguan pertumbuhan ini, orangtua seharusnya lebih peka dalam mengamati tumbuh kembang anak.
"Jika berat badan anak terus bertambah tapi tingginya stagnan orangtua boleh curiga, apalagi jika raut wajahnya tidak mengikuti usianya, misalnya sudah berusia 10 tahun tapi masih terlihat seperti anak TK," katanya.
Dalam dunia kedokteran, kasus "si mini" ini disebut hipogonadotropin hipogonadism. Perkembangan mental mereka tidak diikuti dengan perkembangan fisiknya sehingga sampai kapan pun mereka akan terus terlihat seperti anak-anak. Beberapa tokoh si mini tersebut mungkin pernah Anda saksikan di layar kaya.
Menurut penjelasan dr.Aditya Suryansyah Semendawai, Sp.A, fenomena hipogonadotropin hipogonadism ini terjadi karena adanya gangguan hormon di otak yaitu dalam hipotalamus dan hipofise yang tidak dapat merangsang hormon pertumbuhan dan horman seksual, sehingga pertumbuhan badan terhambat dan tidak ada timbul tanda-tanda pubertas.
"Di usia pubertas normalnya hormon pertumbuhan dan hormon seksual meningkat tajam sehingga timbul tanda-tanda seksual sekunder, seperti suara berubah, munculnya rambut kemaluan dan sebagainya," kata dokter ahli endokrin anak dan remaja dari RSIB Harapan Kita Jakarta ini, Rabu (6/4/2011).
Anak-anak yang menderita gangguan hormon ini juga sering disebut menderita sindrom Peter Pan, anak-anak yang tidak pernah mencapai usia dewasa. "Saat teman-teman sebayanya sudah tumbuh besar dan mulai pubertas, mereka tetap seperti anak kecil," paparnya.
Penyebab pasti gangguan hormon ini memang belum diketahui tetapi jika diterapi sedini mungkin dengan hormon pertumbuhan, biasanya anak "Peter Pan" ini masih bisa mengejar ketertinggalannya.
"Pemberian terapi hormon pertumbuhan ini idealnya sebelum anak pubertas, karena di usia puber tulang anak sudah menutup sehingga tidak bisa terjadi pertumbuhan lagi," katanya. Pada laki-laki biasanya tulang sudah menutup di usia 17-20 tahun, sedangkan pada perempuan lebih awal lagi yakni di usia 15-16 tahun. Bila diberikan pada saat yang tepat terapi hormon bisa membuat tinggi badan anak tidak jauh tertinggal dengan teman-temannya. "Angka keberhasilannya mencapai 70 persen," ujar dr.Adit.
Pemberian hormon testosteron juga diperlukan jika hormon seksual anak terganggu. "Pada umumnya ereksi penis tetap normal tapi cairan maninya tidak mengandung sperma," paparnya. Untuk mendeteksi dini gangguan pertumbuhan ini, orangtua seharusnya lebih peka dalam mengamati tumbuh kembang anak.
"Jika berat badan anak terus bertambah tapi tingginya stagnan orangtua boleh curiga, apalagi jika raut wajahnya tidak mengikuti usianya, misalnya sudah berusia 10 tahun tapi masih terlihat seperti anak TK," katanya.
Sumber : KOMPAS.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!