Selasa, 30 November 2010

Perawatan Luka



I.                Pengertian
Luka adalah rusaknya kontinuitas dari jaringan tubuh. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan luka. Luka dimana tidak terjadi kerusakan pada permukaaan kulit disebut luka tertutup. Dan luka dimana terjadi kerusakan pada kulit atau membran mukosa disebut luka terbuka. Luka intensional disebabkan secara sengaja, seperti pada operasi atau pada waktu memasukkan infus intravena. Luka yang tidak intensional juga disebut luka kecelakaan, terjadi karena kecelakaan seperti robeknya kulit karena jatuh dari sepeda.

  II.            Jenis Luka
Luka dibagi menurut cara mereka didapat dan luas kulit yang terkena. Sistem klasifikasi ini meliputi 6 tipe luka :
1.      Luka Insisi/Luka Iris
      Dibuat secara sengaja atau tidak sengaja oleh alat yang tajam, seperti pisau atau pisau bedah.
2.      Luka Kontusio
      Kontusio adalah luka yang tidak disengaja.Terjadi sebagai hasil dari benturan benda  yang tumpul; kulit tetap utuh tetapi jaringan di bawahnya dan pembuluh darah rusak. Pada luka tertutup, kulit kelihatan memar.
3.      Luka Abrasi
Terjadi oleh geseran atau garukan pada kulit, secara tidak sengaja, seperti ketika seorang anak terjatuh pada lututnya terjadi goresan, atau secara disengaja ketika ahli bedah plastik menghilangkan jaringan parut melalui teknik pembedahan abrasi dermis.
4.      Punktur atau Luka Tusuk
Dibuat oleh benda yang tajam yang memasuki kulit dan jaringan di bawahnya. Luka punktur yang disengaja dibuat oleh jarum pada saat injeksi; punktur yang tidak disengaja terjadi bila paku menusuk alas kaki bila paku tersebut terinjak.
5.      Luka Laserasi
Terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi secara tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan.
6.      Luka Penetrasi
Terjadi bila benda yang terdorong masuk ke kulit atau membran mukosa. Merupakan luka yang tidak disengaja. Benda yang masuk seperti pecahan metal atau peluru, berada dalam jaringan di bawah kulit; projektil meninggalkan suatu saluran melewati jaringan yang dapat tertutup secara lengkap.

    III.        Penyembuhan Luka
Proses regenerasi penyembuhan luka menggambarkan 3 fase, yaitu :
1.      Fase Inflamasi
Fase Inflamasi terlihat selama beberapa hari pertama setelah cedera.
2.      Fase Proliferasi
Fase Proliferasi dimulai pada 4 – 5 hari setelah cedera dan selesai dalam waktu dua minggu.
3.      Fase Maturasi
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan sesuai jenis luka.

   IV.        Penyembuhan yang Terhambat
Jika ada satu atau lebih faktor resiko, luka dapat tidak sembuh dalam periode waktu yang biasanya. Kondisi ini disebut penyembuhan luka yang terhambat.

Faktor- faktor yang mengkontribusi terhambatnya perawatan luka :
1.      Menurunnya sirkulasi kebagian tubuh yang disebabkan oleh usia atau patologis (seperti pada Diabetes).
2.      Perubahan status nutrisi, khususnya kekurangan protein, zat besi, atau vitamin C. Ini dapat terjadi pada orang tua, pengguna obat-obatan dan alkohol yang kronik, atau orang yang sembuh dari penyakit kronik seperti kanker.
3.      Terapi Farmakologi (obat-obatan) yang dapat mempengaruhi atau merubah respon inflamasi atau meningkatkan waktu koagolasi (pembekuan) darah.
4.      Merokok, yang secara langsung berdampak pada suplai oksigen perifer ke jaringan melalui perubahan status pernafasan dan konstriksi vaskuler.
5.      Obesitas (kegemukan), dimana jaringan lemak memiliki oksigen dan zat gizi sedikit karena vaskular yang lebih sedikit.
6.      Tekanan pada luka yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti penarikan jahitan atau balutan yang ketat, respon hormonal terhadap nyeri yang lama atau yang tidak hilang, atau faktor fisiologis seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
7.      Komplikasi luka seperti perdarahan, infeksi, dehiscence atau eviserasi.


 V.            Komplikasi Luka
Komplikasi luka terjadi jika keadaan fisiologis atau mekanis yang tidak diharapkan menghambat penyembuhan. Dua komplikasi yang paling umum adalah perdarahan yang berlebihan dan infeksi.
A.     Perdarahahan Yang Berlebihan
Perdarahan yang serius selalu membahayakan sebab jika terlalu banyak darah keluar dari sistem peredaran darah, sisanya tidak cukup untuk mensuplai oksigen ke seluruh tubuh, berakibat shok dan akhirnya kematian.  
Yang harus dilakukan :
1.      Tinggikan daerah luka. Tekan langsung dengan telapak tangan  menggunakan pembalut/perban atau bantalan yang bersih. Jika tidak ada pembalut gunakan tangan anda, mungkin diperlukan lebih dari 15 menit untuk menekannya.
2.      Jika lukanya besar, tekanlah kuat dan hati-hati. Tekan terus seperti pada langkah 1 di atas.
3.      Angkat dan tinggikan bagian luka hingga berada lebih tinggi dari jantung korban (dada) tidakan ini memperlambat mengalirnya darah ke bagian luka; disebut tindakan elevasi.
4.      Baringkan korban, untuk mengurangi derasnya keluarnya darah.
5.      Tutuplah luka dengan pembalut bersih dan cukup lebar melebihi tepi luka, balut dengan verban; ikat di atas bantalan pembalut.
6.      Jika tak ada pembalut, gunakanlah sepotong kain bersih, tipis dan tidak berbulu.
7.      Jika darah terlihat mulai menembus pembalut, beri lagi di atasnya lalu balutlah.
8.      Amati tanda-tanda terjadinya shok dan rawatlah.

B.      Infeksi Pada Luka
Infeksi luka terjadi melalui kontaminasi ke jaringan. Meskipun dapat disembuhkan dengan terapi antibiotika, infeksi menghambat proses penyembuhan dan memperpanjang  penyembuhan klien dari cedera.

   VI.        Perawatan Luka
Prinsip Perawatan Luka
1.      Perawatan luka dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Perawatan luka terbuka diutamakan pada luka yang sederhana dan dangkal.
Perawatan luka tertutup bertujuan untuk :
a.      Menjaga luka dari trauma.
b.      Mengimobilisasi daerah luka.
c.       Mencegah perdarahan.
d.      Mencegah kontaminasi oleh kuman.
e.      Mengabsorbsi drainase.
f.        Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
g.      Debridemen sel nekrotik.
2.      Indikasi mengganti balutan :
a.   Balutan kotor atau basah akibat eksternal
b.   Ada rembesan eksudat.
c.   Ingin mengkaji keadaan luka.
d.   Dengan frekuensi tertentu, untuk mempercepat debridemen (pengangkatan) jaringan nekrotik.
3.      Indikasi balutan kering atau basah :
a.   Balutan basah digunakan untuk luka yang basah atau banyak drainase.
b.   Luka kering atau drainase minimal digunakan balutan kering.
4.      Membersihkan luka :
a.   Luka kering cukup diusap dengan larutan antiseptik.
b.   Luka berwarna kekuningan/terinfeksi dibersihkan dengan pencucian sampai pus (nanah)  terangkat.
c.   Luka berwarna hitam (nekrotik) harus dinekrotomi secara mekanik atau kimia.

     VII.    Prosedur Perawatan Luka
A.     Alat dan Bahan
Alat :
1.      Bak instrumen steril berisi :


­   Pinset anatomis.
­   Pinset chirurgis.
­   Sarung tangan.
­   Gunting jaringan.


2.      Gunting perban.
3.      Plester.
4.      Mangkok kecil.
5.      Bengkok/Nierbeken.
6.      Perlak/handuk.
7.      Tempat sampah.
Bahan :
1.      Larutan NaCl.
2.      Betadine/Rivanol.
3.      Alkohol 70 %
4.      Salep antiseptik.
5.      Perban.
6.      Kasa steril.
B.      Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur kepada pasien.
2.      Cuci tangan dengan sabun.
3.      Siapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
4.      Letakkan pasien senyaman mungkin di tempat tidur atau di kursi.
5.      Tutup ruangan dengan tirai.
6.      Angkat atau  lepaskan perekat plester dengan kapas alkohol.
7.      Pasang perlak/handuk di bawah luka yang akan diganti balutan.
8.      Pakai sarung tangan untuk memulai mengganti balutan, angkat balutan dengan memakai pinset anatomis dan letakkan balutan di tempat sampah, perhatikan keadaan luka.
9.      Buka balutan steril, tempatkan dalam bak instruman, buka larutan antiseptik (Betadine, Rivanol) dan tuangkan ke dalam kom kecil.
10.      Bersihkan luka dengan memakai pinset chirurgis, luka dibersihkan dengan kasa yang dibasahi antiseptik dari dalam ke luar secara sirkuler, ulangi sampai bersih. Jika terlalu kotor, cuci dengan NaCl 0,9 % disiram secara perlahan sampai bersih dan air siraman ditampung dalam bengkok/nierbeken.
11.      Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan dalam membersihkan, gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka.
12.      Berikan salep antiseptik atau kompres dengan antiseptik (Betadine, Rivanol,  NaCl 0,9 %). Hindari kasa yang terlalu basah.
13.      Balut atau tutup semua area luka sampai permukaannya tertutup.
14.      Buka sarung tangan.
15.      Balutan diplester dan alat-alat dirapikan.
16.      Cuci tangan.




Created by Zen
Amparita, 30 November 2010
06.24 WITA

0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!