Jumat, 18 Februari 2011

Reposisi Fraktur Depres

1. Definisi
Fraktur depres adalah fraktur tulang kranium dimana tabula eksterna melesak ke arah duramater hingga melebihi tabula interna.


2. Ruang lingkup
Insiden dari fraktur tulang kepala bervariasi mulai dari 3% pada kasus cedera kepala ringan hingga 65% pada cedera kepala berat, bisa disertai dengan ada atau tidaknya robekan duramater. Sedangkan insidensi dari fraktur depres adalah 11% dari seluruh kasus trauma. Fraktur depres terjadi bila ada tekanan kuat pada kepala yang mengenai area yang sempit sehingga biasanya disertai trauma lokal pada korteks.
Bila fraktur depres disertai dengan adanya luka pada kulit kepala maka disebut fraktur depres terbuka, yang memerlukan tindakan operasi mutlak. Hal yang harus diperhatikan adalah bahaya perdarahan yang berasal dari luka pada kulit kepala. Hal ini jarang diperhatikan sehingga banyak pasien ditemukan dalam keadaan anemia atau syok. Penanganan sementara sangat diperlukan terutaana saat transport ke rumah sakit dengan cara membalut tekan luka dengan kassa atau jika diperlukan dengan elastik verband.

3. Indikasi Operasi
  • Fraktur depres terbuka
  • Adanya kebocoran LCS
  • Mengenai sinus paranasalis
  • Defisit neurologis otak dibawahnya
  • Kosmetik
4. Kontra indikasi operasi
Umumnya tidak ada, kecuali adanya kelainan lain yang berat

5. Diagnosis Banding
Tidak ada

6. Pemeriksaan penunjang
  • Foto polos kepala AP/Lat (Skull X-Ray)
  • CT Scan Kepala (Bone Window)
Teknik Operasi
  • Setelah pasien dilakukan tindakan nakose umum, pasien diposisikan sedemikian mungkin hingga fraktur depres berada dalam posisi se-horisontal mungkin.
  • Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril.
  • Insisi kulit mengikuti luka lama dengan bentuk huruf S supaya daerah operasi dapat diekspose. Jika fraktur terdapat di daerah frontal, dianjurkan untuk meninggalkan luka lama dan membuat flap kulit baru full coroner untuk alasan kosmetik.
  • Setelah insisi kulit, pasang retraktor otomatis untuk menghindari perdarahan yang banyak dan agar daerah operasi ekspose. Biasanya banyak terdapat kotoran rambut dan bekuan darah.
  • Perikranium disekitarnya disisihkan dengan disektor periostel yang tajam, bekuan darah dan kotoran rambut dibersihkan dengan suction. Tindakan ini membuat daerah operasi ekspose.
  • Dilakukan burrhole pada sisi luar fragmen tulang yang masih stabil atau sehat.
  • Duramater dipisahkan dari tulang dengan menggunakan disektor periosteal, kemudian dilakukan pemotongan tulang dengan bone ronger yang kecil sepanjang sisi fraktur depres.
  • Pemotongan tulang terus dilakukan hingga duramater ekspose dan fragmen fraktur depres bebas. Pematahan dari fragmen fraktur depres sangat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah kortikal, yang dalam hal ini sulit dikontrol karena sumber perdarahan tidak ter-ekspose.
  • Bila fragmen tulang sudah bebas dan terekspos lalu dilakukan pengangkatan fragmen tersebut secara perlahan.
  • Duramater dibersihkan dari bekuan darah dan kotoran lain, dan bila ada pembuluh darah yang pecah bisa dilakukan koagulasi.
  • Bila ada robekan duramater, maka tepi dari duramater tersebut harus diidentifikasi. Bebaskan duramater dari korteks dan retraksi secara halus.
  • Mungkin duramater perlu diperlebar untuk mengekspose korteks yang terkena, korteks yang sudah hancur serta bekuan darah dibersihkan dengan suction. Perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kortikal dapat diatasi dengan koagulasi.
  • Korteks ditutupi surgicell dan dilakukan penjahitan water tight dengan silk 3.0. Bila terdapat defek duramater yang luas mungkin diperlukan graft untuk menutupnya.
  • Setelah dibersihkan dengan peroksida dan antibiotika topikal, fragmen tulang dapat dipasang kembali, lalu lapisan periosteum ditutup untuk memfiksasinya.
  • Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
7.  Komplikasi operasi
  • Perdarahan
  • Infeksi
  • Robeknya duramater
  • Kejang dan kelainan neurologis lainnya
8.  Perawatan pasca bedah
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Pemberian antibiotika dan anti konvulsan masih diperdebatkan. Bila luka yang terjiadi sudah sangat terkontaminasi atau kejadiannya sudah lebih dari 24 jam, tindakan pemasangan fragmen tulang atau cranioplasty dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.

9. Follow-up
Pasien dengan open depresi fraktur setelah dilakukan tindakan pembedahan idealnya harus dimonitor dengan CT scan ulangan dalam waktu 2-3 bulan untuk mengevaluasi adanya pembentukan abses. Follow up juga dilakukan untuk mencari adanya komplikasi yang berhubungan dengan fraktur depresi misalnya kejang dan infeksi.


Sumber : http://bedahunmuh.wordpress.com  



0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!