Banyak faktor untuk menilai seberapa bagus rumah sakit dalam menangani pasiennya. Kemampuan Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satunya, karena dari sini biasanya pasien mendapat pertolongan pertama sebelum dirawat.
"UGD (Unit Gawat Darurat) yang tanggap, akurat dan cepat menghindarkan salah diagnosis sehingga pasien tidak meninggal dalam waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit," jelas Prof Hasbullah Thabrany, Guru Besar FKM UI saat dihubungi detikHealth, Senin (7/2/2011).
Pasien yang masuk UGD ini mempunyai penyakit beragam mulai dari pencernaan, jantung hingga kecelakaan yang perlu penanganan cepat. Maka itu di UGD dituntut memiliki kemampuan dokter yang bisa mendiagnosa tepat dalam waktu cepat.
Karena yang tinggi seperti itu, maka dokter yang berjaga di instalasi gawat darurat harus memiliki kemampuan yang baik. Dokter tersebut harus bisa membuat rujukan yang efektif kemana pasien akan dirujuk setelah itu.
Selain UGD menurut Prof Thabrany, yang bisa dijadikan alat ukur kualitas rumah sakit adalah:
- Jumlah pasien yang meninggal setelah 48 jam dirawat di rumah sakit.
- Jumlah pasien yang dirawat di ruangan atau klinik
- Waktu kesembuhan penyakit tertentu, seperti tipes dan demam berdarah yang tidak melalui UGD.
- Jumlah pasien yang kembali ke rumah sakit dalam waktu 2 minggu dengan keluhan penyakit yang sama
- Jumlah pasien yang mengalami infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang terjadi pada pasien selama di rumah sakit.
"Jadi memang ada banyak indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas rumah sakit," jelas Prof Thabrany.
Karena banyaknya indikator kualitas ini, lanjut Prof Thabrany, maka seharusnya pemerintah secara berkala menetapkan ranking indikator rumah sakit.
"Kalau kayak bank itu kan ada peringkatnya masing-masing. Sayangnya, di Indonesia belum ada rangking kualitas untuk rumah sakit. Diukur dan dipantau saja belum, adanya cuma akreditasi yang baru 30 persen dan hanya penyerahkan kertas-kertas," ungkap Prof Thabrany yang pernah menjabat sebagai Dekan FKM UI.
Prof Thabrany sangat menyayangkan hingga kini belum adanya ranking indikator kualitas rumah sakit tersebut. Menurutnya, rumah sakit merupakan tempat pasien mempercayakan kesehatan dan kesembuhan, sehingga perlu adanya ranking kualitas, layaknya Bank.
Belum adanya ranking indikator kualitas rumah sakit, diakui Prof Thabrany menyulitkan masyarakat awam untuk menilai secara mudah rumah sakit mana yang memiliki kualitas yang baik.
"Dan yang perlu diperhatikan, masyarakat jangan hanya menilai kualitas rumah sakit dari gedung atau peralatan canggih yang diiklankan sebuah rumah sakit. Masyarakat jangan mau tertipu. Justru rumah sakit yang mengiklankan seperti itu adalah rumah sakit yang jelek karena berusaha menutupi kualitasnya dengan iklan alat-alat canggih," jelas Prof Thabrany.
Sumber : Detikhealth.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!