Seorang warga Malaysia mengaku iri ketika pergi ke Bandung Jawa Barat. Dia melihat bagaimana orang Indonesia dengan hormat memperlakukan benderanya, Sang Saka Merah Putih.
Dalam laman New Straits Times, 24 Juni 2010, Norman Fernandez menuliskan curahan hatinya yang berjudul, 'Perlakukan Bendera Kita Lebih Baik'.
"Baru-baru ini aku mengunjungi Bandung, Indonesia. Di sana aku mengamati penjaga keamanan di hotel yang kutinggali, mengibarkan bendera Indonesia pagi hari.
Saat matahari terbenam, penjaga itu menurunkan benderanya tak membiarkan bendera itu menyentuh tanah, lalu melipatnya dan menyerahkannya ke resepsionis. Hal itu juga kerap dilakukan di gedung-gedung pemerintah.
Aku juga diberi tahun, bahwa anak sekolah di Indonesia diajarkan tak hanya soal arti dari warna bendera - merah dan putih, tapi juga sejarahnya, protokol dan etika mengibarkan bendera.
Selama lima hari aku di Bandung, aku tak pernah melihat bendera Indonesia compang-camping dan pudar warnanya.
Aku juga diberi tahun, bahwa anak sekolah di Indonesia diajarkan tak hanya soal arti dari warna bendera - merah dan putih, tapi juga sejarahnya, protokol dan etika mengibarkan bendera.
Selama lima hari aku di Bandung, aku tak pernah melihat bendera Indonesia compang-camping dan pudar warnanya.
Di sini, di Malaysia, pernahkan Anda melihat petugas keamanan di gedung-gedung pemerintah mengibarkan bendera 'Jalur Gemilang' atau bendera negara bagian?
Jika lain kali Anda ke Johor Bahru, lihatlah bendera Malaysia dan bendera Johor Bahru yang pudar berkibar di tiang bendera.
Jika lain kali Anda ke Johor Bahru, lihatlah bendera Malaysia dan bendera Johor Bahru yang pudar berkibar di tiang bendera.
Aku juga sering melihat anak-anak berpakaian dengan motif bendera, 'Jalur Gemilang' yang dibuat dari potongan bendera Malaysia. Atau penyanyi baru, Sudirman Arshad yang memakai baju seperti itu. Dapatkan kita menjahit bendera dan dijadikan baju?
Minggu lalu aku berkendara dari Johor Bahru ke Kulai. Saat melewati gedung-gedung pemerintah, aku melihat bendera yang compang-camping dan kotor.
Minggu lalu aku berkendara dari Johor Bahru ke Kulai. Saat melewati gedung-gedung pemerintah, aku melihat bendera yang compang-camping dan kotor.
Yang paling hina, menurutku, ada yang memakai bendera Johor untuk membungkus pepaya di pohon.
Untuk mengibarkan bendera, baik 'Jalur Gemilang' maupun bendera Johor, misalnya, sudah ada aturannya. Namun tak ada yang mengindahkannya.
Sudah saatnya pemerintah mendidik masyarakat soal etika dan protokol memperlakukan bendera, termasuk pada bendera yang telah usang.
Seorang teman pernah bercerita, dia membakar benddera yang Malaysia yang telah usang dan menaburkan abunya di Laut Lido. Apakah 'kremasi' adalah cara yang benar?
Hanya tinggal dua bulan lagi kita merayakan kemerdekaan, saatnya untuk memperlakukan bendera kita dengan baik. Ganti bendera yang usang itu dengan yang baru dan gagah."
Sumber : Archive.kaskus.us
Untuk mengibarkan bendera, baik 'Jalur Gemilang' maupun bendera Johor, misalnya, sudah ada aturannya. Namun tak ada yang mengindahkannya.
Sudah saatnya pemerintah mendidik masyarakat soal etika dan protokol memperlakukan bendera, termasuk pada bendera yang telah usang.
Seorang teman pernah bercerita, dia membakar benddera yang Malaysia yang telah usang dan menaburkan abunya di Laut Lido. Apakah 'kremasi' adalah cara yang benar?
Hanya tinggal dua bulan lagi kita merayakan kemerdekaan, saatnya untuk memperlakukan bendera kita dengan baik. Ganti bendera yang usang itu dengan yang baru dan gagah."
Sumber : Archive.kaskus.us
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!