Pemberian obat-obatan pada ternak untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit diduga menjadi pemicu resistensi antibiotik pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak agar praktik tersebut dihentikan.
Resistensi antibiotik pada manusia terjadi karena konsumsi daging yang sudah terkontaminasi obat-obatan atau kontak langsung dengan binatang. Dalam dunia kedokteran, bakteri yang resisten tersebut menjadi masalah baru karena penyakit menjadi sulit disembuhkan.
Untuk mengurangi risiko penyebaran bakteri resisten lewat konsumsi produk hewani, WHO menyarankan pembatasan, bahkan pelarangan penggunaan antibiotik untuk merangsang pertumbuhan ternak.
"Saat ini terjadi peningkatan tajam dalam resistensi antibiotik tertama pada generasi ketiga dan keempat dari beberapa jenis bakteri yang menginfeksi manusia," kata Aidira-Kane, ketua kelompok advokasi WHO dalam bidang resistensi antimikroba dalam konferensi mikroba dan kemoterapi di Chicago, AS, pekan lalu.
Badan pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) mencatat terjadi kenaikan antara 8-24 persen pada kasus kekebalan antibiotik. "Kasus kekebalan pada Salmonela Heidelberg naik dari 17 persen menjadi 31 persen di tahun 2008. Hampir semua strain yang resisten adalah antibiotik," kata Beth Karp dari CDC.
Ia juga menyatakan kekhawatirannya pada risiko kekepalan antibiotik cephalosporin pada serotipe salmonella lainnya. Notyphoidal Salmonella sendiri menjadi penyebab utama keracunan makanan di AS dan mengenai 1,2 juta orang tiap tahunnya sehingga 23.000 orang masuk rumah sakit dan 450 orang meninggal dunia.
Sumber : Kompas.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!