Jumat, 03 Desember 2010

Askep Bayi Dengan BBLR

A.     Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
-          Berat lahir adalah berat badan lahir yang ditimbang sejak 0-24 jam setelah lahir.
-          Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah berat badan lahir kurang dari  1500 gram sampai 100 gram
-          Bayi berat lahir amat sangat rendah ( BBLASR ) adalah berat badan lahir kurang dari 100 gram
-          Bayi kurang bulan (BKB) adalah berat badan lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari
-          Bayi imatur adalah berat badan lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu
-          Bayi cukup bulan adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37-<42>
-          Bayi lebih bulan adalah bayi lahir dengan usia kehamilan > 42 minggu.
BBLR merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena :
a.      Mungkin terdapat penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga sehingga masih dapat mengurangi kejadian BBLR
b.      Bahwa bayi dengan BBLR mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
c.       Dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya.
d.      Masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya daapt dilakukan.
e.      Bahwa diagnosa dugaan akan terjadi kelahiran dengan BBLR, cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih. (Manuaba, 2007)

B.      Etiologi
Adapun penyebab dari Terjadinya Berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
a.      Faktor ibu (resti)meliputi faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik), faktor usia ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,kehamilan multiple.
b.      Aktivitas ibu : stress fisik  yang lama mungkin berhubungan dengan gangguan pertumbuhan intra uterin dan maturitas
c.       Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
d.      Keadaan sosial,ekonomi yang rendah, diukur berdasarkan pendapatan keluarga,tingkat pendidikan,status social dan pekerjaan/jabatan
e.      RAS : dari data penelitian menunjukkan angka kelahiran premature 2x lipat banyak pada ibu-ibu kulit putih yang merupakan 1/3 dari seluruh BKB (bayi kurang bulan)

C.      Klasifikasi
BBLR berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya itu dibagi menjadi tiga yaitu :
1.      BBLR : berat badan lahir rendah 1800-2500 gram
2.      BBLSR : berat badan lahir sangat rendah< 1500 gram
3.      BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1.      Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai berat badan untuk usia kehamilan (NBK-KMK)
2.      Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang, dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine (NKB-SMK).
 Berdasarkan hubungan antara berat badan lahir dengan maturitas BBLR dapat dikelompokkan menjadi :
a.      BBLR/BBLSR,BCB,SMK
Bayi berat lahir rendah /bayi berat lahir sangat rendah,bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan
b.      BBLR/BBLSR, BKB,KMK
Bayi berat lahir rendah /bayi berat lahir sangat rendah , bayi kurang bulan , kecil masa kehamilan
c.       BBLR/BBLSR, BKB,SMK
Bayi berat lahir rendah /bayi berat lahir sangat rendah, bayi kurang bulan, sesuai masa kehamilan
d.      BBLR/BBLSR,BKB,BMK
Bayi berat lahir rendah /bayi berat lahir sangat rendah, bayi kurang bulan, besar masa kehamilan
e.      BBLR/BBLSR,BLB,KMK
Bayi berat lahir rendah /bayi berat lahir sangat rendah, bayi lebih bulan, kecil masa kehamilan

D.     Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari BBLR antara lain sebagai berikut :
a.      Umur dan kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b.      Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c.       Panjang badan sama dengan kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
d.      Rambut junugo masih banyak
e.      Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang
f.        Tulang rawan aurikula belum sempurna pertumbuhannya
g.      Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
h.      Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

E.      Patofisiologi
Patofisiologi daripada BBLR itu dimulai dari Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :
1.      Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
2.      Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari
3.      Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm
4.      Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
5.      Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
6.      Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

F.       Pemeriksaan Laboratorium
Adapun pemeriksaan diagnostic yang biasa dilakukan pada berat badan lahir rendah pada bayi yaitu :
1.      Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2.      Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
3.      Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4.      Pengkajian spesifik
5.      Pemeriksaan fungsi paru
6.      Pemeriksaan fungsi kardiovaskular


G.     Komplikasi
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri yaitu :
a.      Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal sehingga akan muncul komplikasi/penyakit sebagai berikut :
-          Asphiksia perinatal
-          Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane hialin , apnea rekuren, sindroma kebocoran udara, bronkopulmonary dysplasia
-          Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
-          Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
-          Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas menyebabkan terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
-          Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas
b.      BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat berhubungan dengan adanya kelainan congenital,selama intrauterine tidak tumbuh optimal dan lahir BBLR. Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan sebagai berikut :
-          Depresi perinatal
-          Aspirasi mekonium
-          Perdarahan paru
-          Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
-          Hipoksemia ,hiperglikemi,hipokalsemia, hiponatremia,polisitemia

H.     Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medik dari BBLR antara lain :
a.      Pemberian O2
b.      Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat
c.       Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
d.      Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat
e.      Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh,  oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
f.        Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,pertahankan suhu tetap hangat
g.      Tali pusat harus dalam keadaan bersih
h.      Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
i.        Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10 % + bikarbonat natrikus 1,5 % = 4 : 1, hari 1 = 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan antibiotic.

I.        Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR), pencegahan atau  preventif adalah langkah yang penting. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan :
1.      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3.      Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
4.      Dukungan sektor lain yang terkait untuk berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. (Erlina , 2008)



J.        Askep BBLR
  Konsep Asuhan Keperawatan
1.       Informasi Identitas
2.      Pengkajian
a.      Masalah yang berkaitan dengan ibu
-          Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes melitus.
-          Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol dan rokok.
b.      Bayi pada saat kelahiran
-          Berat badan biasanya < 2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relatif lebih besar dibanding dada. (lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30cm), panjang badan 45 cm.
-          Kardiovaskuler, denyut jantung rata-rata 120-160 per menit pada bagian apikal, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal, aritmia, tekanan darah sistor 45-60 mmHg, nada bervariasi antara 100-160x/ menit.
-          Gastrointestinal, penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, refleks menelan dan menghisap yang lemah, peristaltik usia dapat terlihat.
-          Mukoloskeletal, tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut.
-          Paru-paru, jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 permenit diselingi periode apnea, pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran, terdengar suara gemeresik lipoprotein paru-paru.
-          Ginjal, berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidak mampuan untuk melarutkan eksresi kedalam urine.
-          Reproduksi, bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang belum berkembang,bayi laki-laki skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum.

Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan  yang sering muncul pada BBLR pada bayi adalah :
a.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler
b.      Ketidakefektifan termoregulator berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi )
d.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
e.      Kecemasan orangtua berhubungan dengan situasi krisis,kurang pengetahuan

Rencana tindakan keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas fungsi paru dan neuro muscular.
Tujuan : Pola nafas efektif .
Kriteria Hasil :
-    RR 30-60 x/mnt
-    Sianosis (-)
-    Sesak (-)
-    Ronchi (-)
-    Wheezing (-)
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional
a.      Posisikan untuk pertukaran oksigen yang optimal yaitu pada posisi terlungkup danterlentang dengan leher sedikit agak ekstensi

b.      Hindarri hiper ekstensi

c.       Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang di ingin kan.
d.      Lakukan penghisapan untuk menghilang kan mucus.

e.      Jangan pernah melakukan penghisapan secara rutin


f.        Hindari posisi trendeleburg

g.      Lakukan regimen yang di resep kan untuk terapi oksigen supplemental
h.      Pertahankan suhu lingkungan.
i.        Observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi ventilasi dan oksigenasi.
a.      Posisi terlungkupmenghasil kan perbaikan oksigenasi’dan posisi terlentang untuk mencegah adanya penyempitan jalan napas.

b.      Hiper ekstensi akan mengurangi diameter trakea.
c.       Untuk mengetahui kemunduran yang di alami bayi

d.      Mucus yang berlebihan akan menyebab kan penyumbatan jalan napas.
e.      Penghisapan yang terlalu sering dapat menyebab kan bronkosspasme, bradikardia dan hipoksia.
f.        Posisi ini dapat menyebabkan peningkatan TIK
g.      Untuk melancar kan oksigenase


h.      Untuk penghematan penggunaan oksigen
i.        Mengetahui keadaan bayi terhadap terapi yang di lakukan’

2.      Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
-          Suhu 36-37 C.
-          Kulit hangat.
-          Sianosis (-)
-          Ekstremitas hangat.    
             Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
a.      Tempat kan bayi di incubator atau pakaian hangat

b.      Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil
c.       Atur unit servokontrol atau control suhu sesuai kebutuhan
d.      Gunakan pelindungan panas plastic

e.      Pantau tanda-tanda hipertermi missalnya kemerahan, ruam, diaforesis
f.        Hindari situasi yang dapat mempredisposisi bayi ppada kehilangan panas. Seperti terpapar udara dingin, mandi
a.      Incubator dapat mempertahan suhu tubuh yang stabil

b.      Untuk mengetahui keadan bayi
c.       Untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal yang dapat di terima
d.      Pelindung panas plastik untuk menurun kan kehilangn panas
e.      Mengetahui bayi dalam keadaan gawat atau tidak

f.        Agar bayi tetap dalam keadaan hangat

3.      Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)  
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
-           Suhu 36-37 C
-          Tidak ada tanda-tanda infeksi.
-          Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi dan Rasional : 
Intervensi
Rasional
a.      Perhatikan bahwa semua tindakan keperawatan dilakukan dengan mencuci tangan baik sesudah maupun sebelum prosedur
b.      Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih

c.       Cegah agar bayi tidak terinfeksi dari saluran pernapasan, dengan mengisolasikan bayi.
d.      Isolasi bayi lain yang terkena infeksi
e.      Intruksikan perawat dan keluarga dalam prosedur control infeksi pada bayi

f.        Beri antibiotic sesuai instruksi


g.      Pastikan aspesis ketat atau atau sterilitas terhadap terapi
a.      Dengan mencucitangan meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.


b.      Kemungkinan untuk terjadi nya infeksi nosokomial dapat di atas

c.       Mencegah infeksi saluran pernapasan.


d.      Meminimalkan terjadinya infaksi nosokomial
e.      Karma dari keluarga maupun tenaga kesehatan dapat mengantarkan mikro organisme penyebab infeksi
f.        Untuk mematikan mikro organisme penyebab infeksi

g.      Tindakan yang tidak steril dapat menyebabkan infeksi

4.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)
Tujuan : Nutrisi terpenuhi setelah
Kriteria hasil :
-          Reflek hisap dan menelan baik
-           Kembung (-)
-          BAB lancer
-          Berat badan meningkat 15 gr/hr
-          Turgor elastis. 
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
a.      Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteral total sesuai instruksi
b.      Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral
c.       Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu,kusus nya untuk mengkoordinasi kemampuan menelan dan bernapas
d.      Gunakan pemberian makanan orogastrik bila bayi mudah lelah,reflek muntah atau menelan yang lemah
e.      Bantu ibu mengeluarkan ASI

f.        Bantu ibu untuk menyusui dengan benar
a.      Pemberian nutrisi dengan pareteral lebih baik dari pada melalui oral

b.      Terapi parenteral ada yang tidak sesuai dengan keadaan bayi
c.       Bayi yang belum mampu menyusui di payudara ibu akan mudah terjadi aspirasi

d.      Makan makanan dengan ASI dapat mengakibatkan penurunan berat badan


e.      Untuk mempertahan kan laktasi sampai bayi dapat menyusui ASI
f.        Cara menyusui yang baik dapat mengurangi terjadi nya aspirasi dan muntah pada bayi

5.      Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis.          
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil :
-          Orang tua tampak tenang
-          Orang tua tidak bertanya-tanya lagi.
-          Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional
a.      Prioritaskan informasi


b.      Dorong orang tua untuk mengajukkan pertanyaan mengenai status bayi
c.       Jawab pertanayaan, fasilitasi ekspresi kekhawatiran mengenai perawatan dan prognosis
d.      Bersikap jujur, berespon terhadap pertanyaan yang di ajukan dengann jawaban yang benar
e.      Dorong ibuu dan ayah untuk sering berkunjung dan menghubungi unit dengan sering.


f.        Tekankan aspek positif dari status bayi
a.      Membantu orang tua mengetahui aspek paling penting dari perawatan, tanda perbaikan, atau penyimpangan pada kondisi bayi.
b.      Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua.

c.       Untuk meunjukan rasa empati pada orang tua dan memberi kan pengetahuan pada orang tua.
d.      Meningkatkan rasa percaya dengan orang tua bayi


e.      Dengan seringnya orang tua berhubungan dengan tenaga kesehatan orang tua akan lebih banyak mendapatkan informasi tentang kemajuan bayi.
f.        Dengan aspek positif yang ada pada bayi akan meningkatkan pengharapan pada orang tua bayi.

K.      Penatalaksanaan Pediatrik
1.      Perawatan Tali Pusat
Pada bayi dengan BBLR, perlu diberikan perawatan tali pusat untuk mencegah terjadinya infeksi. Memberikan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sampai tali pusat mengering dan lepas dengan spontan.
Adapun persiapan yang perlu dilakukan yaitu :
a.      Persiapan Alat
-          Alkohol 70% dalam tempatnya
-          Kasa steril 1 buah
b.      Persiapan klien
1.      Setelah dimandikan dan dikeringkan, bayi dibaringkan diatas meja khusus atau tempat tidur
2.      Cuci tangan
3.      Buka kasa pembungkus tali pusat, bila susah di buka, kasa pembungkus terlebih dahulu dibasahi dengan lidi waten alcohol 70 %
4.      Bila tali pusat masih basah/lembab bersihkan tali pusat dengan lidi waten alcohol 70% dari pangkal menuju ujung tali pusar sampai bersih.
5.      Kemudian oleskan betadine 10% seperti cara diatas (dari pangkal ke ujung tali pusat
6.      Tali pusat kemudian di bungkus dengan kasa steril (Bentuk segitiga) dan ikatkan dengan cara lipatkan.
7.      Kemudian pakaian bayi dikenakan dan dirapikan
8.      Cuci tangan kembali
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1.      Perawatan tali pusat dilakukan secara rutuin setiap selesai mandi dan sewaktu-waktu bila diperlukan.
2.      Daerah sekitar tali pusat harus selalu dalam keadaan kering dan bersih untuk mencegah terjadinya infeksi
3.      Dilarang menggunakan plester untuk menguatkan ikatan karena bisa terjadi iritasi pada kulit bayi
Adapun Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut-turut pada trimester ke tiga dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
2.      Perawatan Bayi dalam Inkubator
Seperti yang kita ketahui bahwa bayi dengan BBLR itu mudah sekali mengalami hipotermi,terutama biasanya pada bayi kurang bulan atau premature. oleh karena itu kita harus tetap mempertahankan suhu tubuhnya. Adapun salah satu cara untuk mempertahankan suhu tubuh bayi tersebut adalah dengan cara dimasukkan ke dalam incubator.
Inkubator merupakan salah satu (cara ke 4) dari lima cara menghangatkan & mempertahankan suhu tubuh (kontak skin dg skin; kangaroo mother care/KMC;pemancar panas; ruangan yg hangat). Dimana sebelumnya & sesudahnya dilakukan monitoring & evaluasi pengukuran suhu tubuh .
Adapun tujuan daripada incubator untuk bayi ini adalah sebagai berikut :
a.      Penghangatan berkelanjutan bayi
b.      Dengan berat badan < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan kangaroo mother care/KMC.  Untuk bayi sakit berat : sepsis, gangguan nafas berat
Dan cara menggunakan incubator untuk perawatan bayi premature itu adalah :
1.      Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari, dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan 
2.      Tutup matras dengan kain bersih 
3.      Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakteria yang berbahaya dalam air dan menyerang bayi 
4.      Atur suhu sesuai dengan umur dan BB bayi
5.      Hangatkan inkubator sebelum digunakan  
6.      Bila diperlukan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua pakaian bayi & segera diberikan pakaian kembali setelah selesai 
7.      Tutup indikator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat 
8.      Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
.
Daftar Pustaka
-          Wiknjosastro Hanifa,1997.Ilmu Kebidanan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Edit by Zen
Amparita, 03 Desember 2010
14.53 WITA


0 Komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!