Jangan
 sekali-sekali Anda menganggap lucu atau menertawakan orang yang 
mendengkur atau "Ngorok". Mengapa? Karena orang dengan kondisi tidur 
seperti ini, setiap kali tidur sesungguhnya ia sedang meregang nyawa. 
Demikian
 disampaikan oleh praktisi kesehatan tidur dari Rumah Sakit Mitra 
Kemayoran,  Dr. Andreas Prasadja, RPSGT saat acara diskusi Oboralan 
Langsat, di Rumah Langsat, di Jakarta.
Mendengkur
 sendiri merupakan gejala utama obstructive sleep apnea (OSA). OSA 
adalah penyempitan saluran nafas atas saat tidur. Penyempitan ini 
menyebabkan getaran pada bagian-bagian lunak saluran napas sehingga 
menghasilkan suara ngorok atau dengkuran.
"Kita
 selalu menganggap bahwa tidur adalah saat-saat yang aman dan tidak ada 
sesuatu pun yang bisa terjadi, ternyata itu salah," katanya.
Andreas
 menerangkan, penyempitan saluran napas mengakibatkan tidak efektifnya 
pertukaran oksigen dan karbondioksida sewaktu tidur. Lebih jauh lagi, 
dengan semakin melemasnya otot-otot lidah, menyebabkan lidah terjatuh 
dan menyumbat sama sekali saluran nafas sehingga terjadi henti nafas 
(apnea). 
"Ini
 kondisi yang berbahaya. Sehingga walaupun gerakan napas ada, tidak ada 
udara yang lewat, akibatnya asupan oksigen drop, dan si penderita 
seperti tercekik dalam tidurnya," jelasnya.
Berbagai
 penelitian telah menunjukkan hubungan antara sleep apnea dengan 
sejumlah penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, hipertensi dan
 diabetes. Bahkan menurut Andreas, sleep apnea kini bukan lagi sebagai 
faktor risiko dari penyakit hipertensi, melainkan sudah menjadi 
penyebab.
"Orang
 dengan hipertensi yang menjalani perawatan sleep apnea, tekanan 
darahnya cenderung mengalami penurunan. Sedangkan pada pasien diabetes, 
kadar gula darah juga lebih terkontrol," ungkapnya.
Kendati
 begitu, tidak semua orang yang mendengkur sudah pasti menderita sleep 
apnea. Untuk mendiagnosanya, seorang pendengkur harus menjalani 
overnight sleep study. Di sini, pasien akan direkam dan diamati semalam 
penuh selama tidur, untuk melihat gelombang otak, tegangan otot, gerakan
 bola mata, suara dengkuran, posisi tidur, aliran panas, pergerakan 
nafas, denyut jantung, kadar oksigen dalam darah, hingga gerakan kaki.
"Sleep
 study biasanya dilakukan di sleep laboratory atau laboratorium tidur 
dengan menggunakan alat yang bernama polisomnografi (PSG)," cetusnya.
Untuk
 mengatasi sleep apnea, perubahan perilaku dan gaya hidup tetap perlu 
dilakukan. Andreas menyarankan, orang dengan OSA sebaiknya menghentikan 
kebiasaan merokok dan konsumsi minuman yang dapat menganggu waktu tidur 
seperti kopi dan alkohol. Karena kafein baru hilang dari peredaran darah
 setelah 9-12 jam. Sedangkan alkohol akan merangsang seseorang untuk 
kencing.
Ia
 menambahkan, khusus bagi penderita OSA ringan dan pendengkur yang tidak
 mengalami periode henti nafas, dianjurkan juga tidur dalam posisi 
miring.
Sumber : Palembang.tribunnews.com

 






0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!