Dediansyah Putra alias Cok Abang, Korban Gempa Singkil
Dediansyah Putra alias Cok Abang (10), murid kelas V SD Negeri 3 Kota Subulussalam tewas tertimpa beton. Maianan Playstation (PS) yang dibelikan ayahnya, hingga kini terongok tanpa pernah dilihat ataupun dimainkan Dediansyah.
Sebagai ibu, Siti Mala mengaku tak memiliki firasat apa pun terkait kepergian sang buah hatinya itu. Namun, beberapa saat sebelum tidur, Dedi sempat meminta uang jajan. “Tapi ibunya tidak memberikan uang, karena kue Lebaran di rumah masih banyak dan Dedi pun tidak memaksa,” kata Raja Lela yang sehari-hari pedagang kain obralan kepada Serambi Indonesia (grup Tribunnews.com).
Karena tak mendapat uang jajan, Dedi kemudian nekat membuka tas ibunya. Dia temukan uang Rp 1.000 yang sudah terpotong. Uang itu dia sambung seraya berkata kepada adik perempuannya Yuni (7), “Kalau malam ini dibelanjakan, uang ini bakal laku Dik (adik), karena nggak ada yang tahu uangnya bekas dilem.”
Usai mengelem uang tersebut, Dedi pun pamitan pada ibunya untuk menyeberang jalan ke warung di depan rumah seraya berkata, “Ini terkahir saya menyeberang, setelah itu saya akan tidur, Mak.”
Kata-kata itulah yang kini kerap terngiang-ngiang di telinga Siti Mala. Omongan anaknya itu seakan mengisyaratkan bahwa ia akan tidur selamanya dan tak akan pernah lagi menyeberang jalan untuk jajan.
Dedi juga sempat mengemasi barang-barang keperluan sekolahnya seperti baju, sepatu, tas, dan buku. Alasannya, sang ibu dalam seminggu terakhir agak cerewet sehingga dia tidak mau ibunya mengomel karena belum mempersiapkan perlengkapan sekolah. Setelah itu, Dedi pun tidur sekamar bersama ibu dan tiga kakak dan adiknya.
Lalu, pukul 00.57 WIB, gempa mengguncang Kota Subulussalam sehingga meruntuhkan beton dinding tembok layar atap bangunan yang digunakan sebagai tempat belajar Akademi Kebidanan (Akbid) Medica Bakti Persada yang berada persis di samping rumah Raja Lela.
Naas, salah satu batu beton yang luruh itu menimpa tubuh Dedi. Padahal, saat gempa mengguncang, ayah Dedi yang sedang pulang dari Medan mengaku sudah berada di Desa Penanggalan, persis di depan Kantor Polisi Militer (POM). Artinya, hanya sekitar dua kilometer lagi dari rumahnya.
Korban meninggal tertimpa beton konon lantaran sang ibu tak mampu menyelamatkan anaknya yang berjumlah empat orang. Dedi yang tertimpa beton baru tertolong beberapa menit kemudian, karena gelap dan sang ibu kesulitan mencari di mana posisi Dedi berada.
Mengingat anak dan istrinya tanpa teman di rumah, Raja yang dalam perjalanan pulang dari Medan berdebar-debar hatinya, karena guncangan gempa sangat kuat. Sesampai di rumah, ternyata Dedi tertimpa beton bangunan yang ambruk.
Singkat cerita, PS yang dibeli di Medan itu dia bawa ke rumah tempat anaknya dirawat, namun tak sempat dilihat sang anak. Saat itu, Raja berkata pada Dedi bahwa PS yang dipesan Dedi sudah ia belikan. Tapi, kata Raja, Dedi hanya memandang dengan wajah yang mulai memucat hingga ia mengembuskan napas terakhir.
“Saya bilang, Nak, ini PS-mu sudah ayah belikan, tapi dia tidak sanggup lagi bicara. Dia hanya memandangi saya, lalu meninggal,” ujar Raja diselingi isak tangis.
Sumber : Tribunnews.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!