Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang menerapkan teknologi "Amplatzer Septal Occluder" (ASO) untuk menangani pasien dengan penyakit kelainan jantung. "Dengan teknologi ASO, maka penanganan kebocoran jantung dapat dilakukan tanpa pembedahan besar," kata pakar penyakit jantung RSUP dr. Kariadi Semarang, dr Sodikur Rifky.
Hal tersebut diungkapkannya usai menangani seorang pasien kebocoran jantung dengan teknologi ASO yang pertama kali diterapkan di Jawa Tengah oleh tim jantung RSUP dr. Kariadi Semarang.
Ia mengatakan, penyakit kebocoran jantung yang diderita pasien dari Rembang itu merupakan kelainan bawaan, namun saat kecil terlihat normal karena kondisi tersebut biasanya baru diketahui saat usia antara 20-30 tahun.
Rifky enggan menyebutkan identitas pasien itu, tetapi ia menjelaskan penanganan terhadap pasien tersebut diawali dengan pemeriksaan terhadap kebocoran yang ada, termasuk pengukuran diameter kebocoran tersebut.
"Setelah mengetahui diameter kebocoran itu, kami bisa menentukan apakah bisa ditangani dengan teknologi ASO atau membutuhkan pembedahan, termasuk apakah hanya bocor atau disertai komplikasi lain," ungkapnya.
Kalau hanya kebocoran jantung, termasuk diameter yang tidak terlalu besar, kata dia, bisa diatasi dengan teknologi ASO, tetapi jika disertai komplikasi lain kemungkinan perlu dilakukan pembedahan.
Sementara itu, anggota tim jantung lainnya, Dr dr Muhamad Munawar menyebutkan penerapan teknologi ASO di Indonesia selama ini hanya memungkinkan untuk mengatasi kebocoran dengan diameter maksimal 3,8 sentimeter.
"Kalau di luar negeri, kebocoran dengan diameter maksimal 4 cm masih bisa ditangani dengan teknologi ASO. Hal ini terkait ketersediaan alat penutup yang tersedia di Indonesia yang hanya mampu mengatasi maksimal diameter 3,8 cm," ujarnya.
Ia menjelaskan penerapan teknologi ASO tersebut hanya membutuhkan sayatan sepanjang 2-3 cm di pangkal paha bagian kanan, selanjutnya alat berbentuk selang berukuran sangat kecil dimasukkan untuk menutup lubang kebocoran itu.
"Setelah kondisi dan letaknya stabil, maka alat tersebut akan dilepas dan dibiarkan menempel. Pasien hanya membutuhkan perawatan sekitar tiga hari setelah penanganan," katanya.
Menurut Munawar, teknologi ASO cukup efektif dan bisa dikatakan bebas risiko, tidak seperti operasi besar. Sebab setelah enam bulan, alat tersebut sudah menyatu dengan jantung dan membantunya berfungsi maksimal.
Hal tersebut diungkapkannya usai menangani seorang pasien kebocoran jantung dengan teknologi ASO yang pertama kali diterapkan di Jawa Tengah oleh tim jantung RSUP dr. Kariadi Semarang.
Ia mengatakan, penyakit kebocoran jantung yang diderita pasien dari Rembang itu merupakan kelainan bawaan, namun saat kecil terlihat normal karena kondisi tersebut biasanya baru diketahui saat usia antara 20-30 tahun.
Rifky enggan menyebutkan identitas pasien itu, tetapi ia menjelaskan penanganan terhadap pasien tersebut diawali dengan pemeriksaan terhadap kebocoran yang ada, termasuk pengukuran diameter kebocoran tersebut.
"Setelah mengetahui diameter kebocoran itu, kami bisa menentukan apakah bisa ditangani dengan teknologi ASO atau membutuhkan pembedahan, termasuk apakah hanya bocor atau disertai komplikasi lain," ungkapnya.
Kalau hanya kebocoran jantung, termasuk diameter yang tidak terlalu besar, kata dia, bisa diatasi dengan teknologi ASO, tetapi jika disertai komplikasi lain kemungkinan perlu dilakukan pembedahan.
Sementara itu, anggota tim jantung lainnya, Dr dr Muhamad Munawar menyebutkan penerapan teknologi ASO di Indonesia selama ini hanya memungkinkan untuk mengatasi kebocoran dengan diameter maksimal 3,8 sentimeter.
"Kalau di luar negeri, kebocoran dengan diameter maksimal 4 cm masih bisa ditangani dengan teknologi ASO. Hal ini terkait ketersediaan alat penutup yang tersedia di Indonesia yang hanya mampu mengatasi maksimal diameter 3,8 cm," ujarnya.
Ia menjelaskan penerapan teknologi ASO tersebut hanya membutuhkan sayatan sepanjang 2-3 cm di pangkal paha bagian kanan, selanjutnya alat berbentuk selang berukuran sangat kecil dimasukkan untuk menutup lubang kebocoran itu.
"Setelah kondisi dan letaknya stabil, maka alat tersebut akan dilepas dan dibiarkan menempel. Pasien hanya membutuhkan perawatan sekitar tiga hari setelah penanganan," katanya.
Menurut Munawar, teknologi ASO cukup efektif dan bisa dikatakan bebas risiko, tidak seperti operasi besar. Sebab setelah enam bulan, alat tersebut sudah menyatu dengan jantung dan membantunya berfungsi maksimal.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, Semoga dapat memberi wawasan yang lebih bermanfaat!